Memahami Self Radicalism Pelaku Teror

| 19 Aug 2019 10:30
Memahami <i>Self Radicalism</i> Pelaku Teror
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut penyerangan pelaku penyerangan terhadap anggota Polsek Wonokromo, Jawa Timur, melakukan self radicalism atau radikalisasi diri sendiri. Dia menerangkan, self radicalism terjadi karena pelaku terpapar radikalisme dari internet.

Dilansir dari Antara, Tito mengatakan, dari pemeriksaan pelaku berinisial IM (yang sudah ditangkap), penyerangan ini dilakukan karena pemahamannya yang menganggap polisi adalah thogut dan kafir harbi sehingga penyerangan terhadap mereka bisa mendapat pahala. Dia meyakini pemahaman interpretasi seperti ini berdasarkan informasi dari internet.

Melansir penelitian 'Radicalisation in the digital erayang dipublikasikan di rand.org pada 2013, disebutkan internet menjadi sumber utama informasi, komunikasi dan propaganda terhadap keyakinan ekstremis pelaku teror. Kajian mereka ini menggunakan sampel terhadap 15 orang pelaku teror di Inggris.

Menurut kesimpulan penelitian ini, internet menjadi wadah yang mudah diakses oleh seluruh umat manusia, dan memungkinkan para pelaku teror terhubung dengan orang yang memiliki pemikiran yang sama. Peneliti menganggap internet berfungsi sebagai gema ruang terhadap pemikiran mereka.

Namun, internet tak sepenuhnya dapat membuat orang melakukan tindakan ekstrem apalagi tanpa campur tangan orang lain. Maksudnya, proses radikalisasi tidak bisa serta merta terjadi tanpa ada proses diskusi, misalnya dengan keluarga atau teman yang memiliki pandangan yang sama. Karena internet tak bisa menggantikan kebutuhan sosialisasi manusia.

Sebagai contoh, seseorang yang mengunggah sesuatu tentang jihad di media sosial, bisa saja disebut terpapar radikalisme online. Tapi, belum tentu mereka terpapar radikalisme secara utuh karena harus ditelusuri lagi kenapa mereka melakukan itu.

Karena itu, mereka menganggap pemaparan radikalisme lewat internet harus dilihat sebagai mode ketimbang metode. Internet dapat berperan penting untuk memfasilitasi proses radikalisme, tapi tak bisa menjadi kendaraan untuk pelaku melakukan tindakan tersebut. Internet muncul untuk meningkatkan proses paparan radikalisme, yang pada perjalanannya bisa mempercepat atau malah menghambatnya.

Kembali ke kasus penyerangan Polsek Wonokromo, pelaku menyerang dan membacok polisi yang berjaga pada Sabtu 17 Agustus pada pukul 16.00 WIB. Pelaku berpura-pura membuat laporan aduan sebelum menyerang petugas. 

Dari penangkapan dan penggeledahan di tempat tinggal pelaku, ditemukan sejumlah barang. Di antaranya, satu pisau, satu celurit, satu ketapel dengan amunisi kelereng, dan satu airsoft gun hitam, satu kaus warna hijau, alat mandi, satu tas ransel hitam, serta sejumlah dokumen yang terdapat logo ISIS. 

Tags : teroris
Rekomendasi