Dikutip Antara, Kamis (22/8/2019) pusat penelitian luar angkasa Brazil, INPE, mendeteksi ada 72.843 titik api di hutan tersebut. Sebagian besar titik api itu berada di lembah Amazon, hutan tropis terbesar di dunia.
Gambar satelit menunjukkan negara bagian paling utara Brazil, Roraima, tertutup asap gelap. Otoritas Amazon menetapkan status darurat di selatan Roraima dan Manaus sejak 9 Agustus lalu.
Sejumlah kalangan menyebut kebakaran ini terjadi setelah pembukaan lahan oleh petani ditambah musim kemarau dan fenomena alam yang belakangan terjadi. Tapi, INPE menilai, kebakaran hutan tidak dapat dikaitkan begitu saja dengan musim kemarau atau fenomena alam.
"Tidak ada yang abnormal tentang iklim tahun ini atau curah hujan di wilayah Amazon yang hanya sedikit di bawah rata-rata," kata peneliti INPE Alberto Setzer.
Setzer menuturkan orang kerap menyalahkan musim kemarau terkait kebakaran hutan di Amazon. Tapi menurut dia itu tidak cukup akurat.
"Musim kemarau menciptakan kondisi yang mempermudah titik api muncul dan menyebar, tapi memantik api adalah pekerjaan manusia baik disengaja maupun tidak disengaja," katanya.
Presiden Brazil Jair Bolsonaro menuduh organisasi nonpemerintah (NGO) melakukan pembakaran hutan Amazon guna mencoreng citra pemerintahan karena memangkas anggaran untuk mereka.
"Semuanya mengindikasikan bahwa NGO berangkat ke Amazon untuk membakar hutan tersebut," kata Bolsonaro melalui siaran Langsung Facebook.
Dia berpendapat pemangkasan dana oleh pemerintahannya dapat menjadi motif. "Kejahatannya ada," ungkap dia. "Orang-orang ini kehilangan uang," tambahnya.
Pernyataan terbaru Bolsonaro membuat geram para pecinta lingkungan yang semakin khawatir dengan sikapnya terhadap hutan hujan Amazon. Padahal. hutan adalah benteng utama melawan perubahan iklim dan itu ada di Brazil.
"Ini pernyataan yang menyakitkan, pernyataan menyedihkan," kata Marcio Astrini, koordinator kebijakan umum Greepeace Brazil.
"Maraknya penggundulan hutan serta pembakaran merupakan akibat dari kebijakan anti-lingkungan presiden," tambah dia.