Mencari 'Penumpang Gelap' Rusuh Demo di DPR

| 25 Sep 2019 18:49
Mencari 'Penumpang Gelap' Rusuh Demo di DPR
Aksi unjuk rasa mahasiswa di depan Gedung DPR (Mery/era.id)
Jakarta, era.id - Aksi unjuk rasa yang melibatkan kalangan mahasiswa, pelajar, dan sejumlah elemen masyarakat terjadi beberapa hari belakangan. Hal itu merupakan wujud penolakan sejumlah UU yang sudah dan bakal disahkan DPR RI.

Di Jakarta, demonstrasi digelar di depan Gedung Parlemen, Jakarta, sejak Senin (23/9) hingga hari ini. Pada Selasa (24/9), aksi ribuan mahasiswa yang semula berjalan damai berubah ricuh saat malam hari. Para pendemo terlibat bentrok dengan aparat hingga larut malam. Mulai dari pos polisi hingga kendaraan taktis tak lepas dari amukan para pendemo.

Namun saat dikonfirmasi, pihak mahasiswa membantah terlibat aksi saling timpuk dan pembakaran. Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti Dheatantra Dimas menegaskan massa yang rusuh itu bukanlah mahasiswa.

"Bisa saya pastikan ini bukan dilakukan oleh mahasiswa," kata Dheatantra Dimas kepada wartawan, Selasa (24/9) malam.

Menkumham Yasonna Laoly menduga aksi mahasiswa yang digelar di sejumlah daerah ini 'ditunggangi' elite politik. "Isu demonya dimanfaatkan untuk tujuan politis," kata Yasonna.

Yasonna meminta mahasiswa tidak terlibat agenda politik dari pihak tertentu yang memanfaatkan momentum ini. Namun, dia mempersilakan mahasiswa yang kontra terhadap RUU KUHP maupun revisi UU KPK dan lainnya untuk berdiskusi langsung dengan DPR RI atau Menkumham. "Kalau mau bertanya tentang RUU datang ke DPR, datang ke saya. Bukan merobohkan pagar," ujar Yasonna.

Kepala Polisi Resor Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Polisi Hengki Haryadi mengatakan, aksi unjuk rasa terkait penolakan RUU KUHP yang berakhir ricuh diduga karena disusupi oleh kelompok tertentu.

"Kami mencurigai aksi anarkis tersebut ditunggangi oleh oknum yang ingin memanfaatkan situasi dan kondisi saat ini," kata Hengki seperti dikutip Antara, Rabu (25/9/2019).

Demo mahasiswa yang berakhir ricuh hingga malam hari itu mengakibatkan kerusakan di beberapa titik seperti pembakaran Pos Polisi Lalu Lintas yang berada di bawah kolong Tol Slipi, Pos Polisi Palmerah, dan Pos Polisi depan Hotel Mulia, Senayan. Hingga saat ini 17 orang pelaku kericuhan telah diamankan.

Hengki menambahkan, pihaknya masih mendalami pola yang digunakan oleh para pelaku karena terindikasi memiliki pola yang sama seperti demo di depan kantor Bawaslu pada 22 Mei 2019. Massa diduga berasal dari luar Jakarta dan bukan berstatus mahasiswa.

"Dari para pelaku yang berhasil diamankan rata-rata mereka masih di bawah umur. Para pelaku yang diamankan juga berasal dari luar daerah atau luar Jakarta, ini yang patut kita curigai dan akan terus kita dalami," ujar Hengki.

Sementara itu, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengaku mendapat informasi dari sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ada sejumlah 'pihak' yang ikut-ikutan berunjuk rasa.

"Jadi tadi malam saya sudah mendapat konfirmasi dari beberapa BEM yang kebetulan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Saya HMI, disampaikan bahwa itu bukan mereka. Mereka sudah menarik diri karena mereka juga melihat sudah banyak yang ikutan, dalam tanda kutip menyampaikan aspirasi di DPR ini," katanya.

Politikus Partai Golkar ini meminta aparat mengusut tuntas 'penunggang' unjuk rasa mahasiswa yang berujung kericuhan di gedung DPR kemarin. "Saya minta kepolisian dan intelijen untuk mengusut tuntas siapa yang bermain dalam kerusuhan tadi malam," ucapnya.

Rekomendasi