Kasus ini terjadi di Gang Sekretaris I, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Di sana, warganya buang air besar ke sodetan kali Sekretaris. Memang ada toilet umum di sana, tapi tak memiliki septic tank sehingga ampas makanan yang dicerna perut itu dialiri ke kali. Imbasnya, lingkungan jadi tercemar apalagi aliran sungai ini mengalir hingga waduk Tomang Barat.
Tim era.id menyambangi lokasi itu. Sejak di ujung pintu masuk gang, bau tak sedap tercium dari kawasan tersebut. Gang ini merupakan jalan setapak dengan panjang sekitar 200 meter dan lebarnya 1 meter. Ujung jalan ini adalah buntu dan berhadapan dengan kali Sekretaris yang lebarnya 2 meter.
Pemandangan ketika tim era.id datang ke sana, beberapa warga terlihat melakukan aktivitas seperti biasa. Ada yang dari mencuci, bersenda gurau, ada juga ibu-ibu yang mengasuh anaknya.
Suasana Gang Sekretaris I, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat (Rizky/era.id)
Di beberapa sudut jalan, tampak toilet umum tampak berjejer tak jauh dari kali. Ukurannya tak terlalu besar, sekitar 1x1 meter. Toilet umum itu dibangun dengan batu bata yang dipoles dengan campuran semen dan pasir. Sisi luarnya dibiarkan tampak kasar lokasinya jadi tampak kumuh.
Keberadan toilet umum ini disebut-sebut telah puluhan tahun berdiri. Tapi tak ada yang bisa memastikan kapan kehadiran bangunan super penting ini. Apalagi tempat ini berguna buat warga buang air besar, mencuci hingga mandi.
"Sudah 30 tahun (toilet) itu ada dan digunakan warga," kata Ketua RT 15/7 Tanjung Duren Utara, Sitanggang kepada era.id, Senin (7/10/2019) sambil menambahkan keterbatasan lahan yang membuat toilet umum ini dibangun tanpa septic tank.
Toilet umum ini merupakan fasilitas rumah kontrakan yang ada di kawasan tersebut. Keterbatasan lahan tadi juga yang membuat setiap rumah kontrakan tak memiliki toilet.
Toilet umum di Gang Sekretaris I, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat (Rizky/era.id)
Rumah kontrakan di sini pun saling berdempetan satu sama lain. Terkesan padat dan kumuh karena beberapa di antaranya semi permanen. Kata warga, satu kontrakan bisa diisi sampai 5 kepala keluarga.
Namun tak ada data valid terkait jumlah kepala keluarga yang tinggal di kawasan tersebut. Sebab, kawasan ini banyak rumah kontrakan yang diisi warga pendatang. Sehingga, banyak warga yang tak terdaftar atau terdata secara resmi di pemerintah.
Cerita soal kotoran manusia di kota Metropolitan ini mencuat beberapa hari lalu. Pemerintah buru-buru bertindak setelah cerita ini jadi percakapan di publik, meski kasus tersebut sudah terjadi puluhan tahun.
Langkah kongkretnya, Lurah Tanjung Duren Utara Iskandar berjanji membangun septic tank. Dua buah sekaligus dari target awal lima buah, katanya.
Kali Sekretaris (Rizky/era.id)
Septic tank ini akan menjadi penampung kotoran manusia dari seluruh toilet umum yang ada di kawasan ini. Nantinya, seluruh toilet umum ini akan terhubung satu sama lain dan berakhir di septic tank.
Kata Iskandar, pembuatan septic tank ini telah masuk anggaran pembangunan tahun 2020. Tapi untuk pembangunan saat ini, dia bilang, akan melibatkan dana CSR dari beberapa perusahaan.
"Rencananya lima yang dibangun tapi untuk sekarang kita bikin dua dulu," ungkapnya.