Peringatan yang dilakukan setiap tahun ini juga bertujuan menarik perhatian pada pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Tahun ini, pada peringatan Hari Anti-Hukuman Mati ke-17, menyoroti tantangan yang dihadapi anak-anak dari orang tua yang dihukum mati.
Menurut World Coalition Against the Death Penalty, hukuman mati tak hanya memengaruhi orang yang dieksekusi, tetapi juga anak-anak yang sering kali dilupakan. Hukuman mati membawa beban emosional dan psikologis berat yang dapat menyebabkan pelanggaran terhadap hak asasi mereka. Uni Eropa dan Dewan Eropa juga menyebut, anak-anak yang kehilangan orang tua karena eksekusi menderita kesedihan dan trauma yang mendalam.
Trauma ini dapat terjadi pada setiap dan semua tahapan hukuman mati orang tua: penangkapan, persidangan, hukuman mati, tanggal eksekusi, dan pasca eksekusi. Siklus harapan dan kekecewaan yang berulang memiliki dampak yang panjang dan bisa menjadi hantu hingga dewasa.
Mereka yang menolak hukuman mati
Banyak pihak penganjur hak asasi manusia berteriak bahwa praktik hukuman mati telah merampas hak seseorang. Menurut mereka, keadilan tak terpenuhi saat perampasan hidup dan pelaku kejahatan dihancurkan. Hal ini sejalan dengan menguatnya gerakan abolisi atau penghapusan terhadap hukuman mati di tingkat internasional.
Penghapusan hukuman mati ini juga menjadi salah satu penyebab turunnya eksekusi mati di dunia. Pada tahun 2016, terdapat 1.032 kasus eksekusi. Jumlah tersebut kemudian menurun menjadi 993 eksekusi pada tahun 2017. Penurunan juga terjadi pada tahun 2018 sebesar 31 persen menjadi 690 eksekusi. Angka ini dicatat Amnesty Internasional sebagai angka terendah dalam dekade terakhir.
"Mengubah persepsi publik harus dari pemerintah, harus berani menjelaskan berdasarkan pendekatan yang lebih bersifat rasional, bahwa perkembangan negara-negara di dunia itu memperlihatkan kecenderungan penghapusan hukuman mati," ujar Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid, dikutip Kompas.
Baca Juga: Hilangnya Abu Jenazah Gandhi dan 'Stempel' Pengkhianat Untuknya
-
Demi Dalami Peran, Stefan William Dialog Pakai Bahasa Inggris hingga Nyaris Cat Rambut Jadi Ungu
05 Dec 2025 08:351 -
Heboh Isu 250 Warga Aceh Tamiang Tewas Akibat Banjir, Bupati Armia: Jangan Percaya
04 Dec 2025 21:152 -
Namanya Diseret Jadi Pemilik PT Toba Pulp Lestari, Luhut Binsar Pandjaitan Bilang Begini
04 Dec 2025 16:353 -
4
-
5