Beragam Penyamaran Intel, dari Tukang Bakso sampai Jadi 'Emak-Emak'

| 11 Oct 2019 18:05
Beragam Penyamaran Intel, dari Tukang Bakso sampai Jadi 'Emak-Emak'
Ilustrasi (Ilham/era.id)
Jakarta, era.id - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, mengatakan pihaknya sudah tiga bulan mengintai Syaril Alamsyah, pria yang menusuk Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang, Banten, kemarin.

"Khususnya jaringan JAD Bekasi, kita sudah pantau khusus pelaku ini tiga bulan yang lalu kan pindah dari Kediri ke Bogor, kemudian dari Bogor pindah ke Menes (Pandeglang, Banten) karena cerai dengan istri pertama," ungkap pria yang akrab disapa BG itu, kemarin.

Kepala BIN Budi Gunawan. (Warhdhany Tsa Tsia/era.id)

Padahal kata mantan Wakapolri ini, lembaga telik sandi sudah mendeteksi ancaman kelompok JAD yang ingin mengacaukan situasi nasional. "Dari awal sebenarnya sudah deteksi dari kelompok JAD juga ingin mengganggu stabilitas dengan melakukan amaliyah, termasuk saudara Abu Rara ini," tuturnya.

Pada dasarnya, intelijen adalah bersifat mengumpulkan informasi. Pada perkembangannya terutama yang berurusan dengan masalah negara, juga ditambah dengan usaha sejauh mana menyelesaikan setiap ancaman yang dilakukan secara efektif, rahasia, dan langsung menuju sasarannya yang dikenal dengan operasi intelijen atau spionase.

Baca Juga: Penikaman Wiranto dan Keterlibatan Jaringan JAD Bekasi

Prinsip kerja intelijen juga digunakan untuk mengatasi kriminalitas dan kejahatan yang terjadi di masyarakat, umumnya digunakan oleh kepolisian di bawah unit reserse kriminal atau intelkam. Sering kita dengar berita tentang anggota polisi atau intel yang menyamar untuk mengungkap suatu kejahatan misalnya peredaran narkoba. Polisi kerap menyamar sebagai pembeli atau pemesan narkoba untuk menjebak pengedar.

Juli 2019 silam, salah satu anggota Polsek Medan Timur menyamar menjadi ibu-ibu naik motor matik, lengkap dengan daster, jilbab, dan masker untuk menangkap pelaku begal yang meresahkan. Meski layaknya Indro Warkop di film Chips, usahanya berhasil, tiga komplotan begal diringkus.

 

Selain itu, intel juga sering menyamar menjadi tukang jajanan seperti bakso atau nasi goreng. Di kawasan Kampung Ambon malah tersohor kabar adanya 'bakso intel', yakni bakso yang diduga penjualnya adalah intel yang menyamar.

"Rasa baksonya sih biasa, tapi porsinya banyak banget," ujar Rusman, salah seorang warga di bilangan Cengkareng itu.

Dari situlah ciri-ciri intel yang sedang menyamar bisa diketahui. Warga dan para pengedar narkoba akhirnya hafal ciri-ciri intel yang sedang mengintai. "Biasanya juga kelihatan dari tukang baksonya baru, bukan yang biasa gitu. Kalau yang biasa kan kita hafal," ucapnya.

Soal intel yang menyamar menjadi tukang bakso ini dibenarkan oleh kepolisian. Salah seorang anggota reserse kriminal di wilayah Jawa Barat yang enggan disebut namanya mengaku pernah menyamar. "Waktu itu saya menyamar jadi tukang ojek online untuk mengetahui keberadaan pelaku pembunuhan," katanya saat berbincang dengan era.id, Jumat (11/10/2019).

Pria berambut gondrong ini mengakui jika ada beberapa keunikan dari satuan reserse ini, seperti jam kerja yang fleksibel dan tanpa pakaian dinas. "Kita pakai pakaian preman, rambut boleh gondrong. Tapi kalau lagi apel pakai baju hitam putih," jelasnya.

Pakar intelijen, Suripto menjelaskan, kerja intelijen memang menyamar dan mengintai. Bahkan bisa menyamar hingga profesi yang tak dikira seperti mahasiswa, dokter, hingga wartawan.

"Memang kerjaannya intelijen menyamar. Kalau tidak menyamar bukan intelijen dong. Bisa menyamar jadi tukang bakso sampai mahasiswa juga bisa. Wartawan juga terutama," katanya saat dihubungi hari ini.

Dalam praktiknya ia mengatakan jika intel bisa merupakan agen yang menyamar atau agen yang direkrut lepas. "Bisa agen tetap bisa juga agen kontrakan atau sementara," ujar intel tiga zaman ini.

 

Tags : panjat tebing
Rekomendasi