Alasan Pertumbuhan Ekonomi Mentok di Angka 5 Persen

| 18 Oct 2019 14:27
Alasan Pertumbuhan Ekonomi Mentok di Angka 5 Persen
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
Jakarta, era.id - Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu pekerjaan rumah yang dituntut untuk segera diselesaikan di periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Saat kampanye, pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu, Jokowi selalu mengungkapkan ambisi menumbuhkan ekonomi Indonesia di angka 7 persen. 

Jauh panggang dari api, pertumbuhan ekonomi selalu mentok di angka lima koma sekian persen, bahkan pernah menyentuh angka 4,79 persen pada 2015. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi tahun lalu, sebesar 5,17 persen.

Infografik (Ilham/era.id)

Wakil Bendahara PDI Perjuangan, Juliari Batubara beralasan saat ini tren ekonomi global sedang mengalami penurunan, sehingga harga-harga komoditi yang selama ini menyumbang ekspor nasional seperti batubara, kelapa sawit, juga belum pulih.

"Sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pasti akan signifikan," ujar Juliari saat dihubungi era.id, Jumat (18/10/2019).

Baca Juga: Tiga 'PR' Besar untuk Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf

Selain itu, masifnya pembangunan infrastruktur di periode pertama Jokowi merupakan target jangka panjang. Maka, kata Juliari, tak heran jika masyarakat belum merasakan dampaknya.

Masalah masifnya pembangunan infrastruktur yang tidak seiring sejalan dengan laju ekomomi di Indonesia juga diungkapkan melalui hasil survei Parameter Politik Indonesia. Responden survei mencatat masalah kemiskinan dan pengangguran mencapai 26,5 persen suara.

"Pembangunan infrastruktur ini kan tidak bisa instan atau secara bersamaan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Dampaknya saya yakin akan lebih terasa di periode kedua beliau ini," ungkap Anggota Fraksi PDIP di DPR ini.

Terkait hal tersebut, sebagai partai pemenang pemilu dan pengusung utama Jokowi, janji kampanye itu maka semua pihak harus all out. Juliari menyarankan, ke depannya pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin harus bisa menggenjot sektor-sektor industri untuk kebutuhan ekspor.

"Saya kira fokusnya harus menggenjot sektor-sektor industri yg berdaya saing untuk export, plus reformasi perijinan yang terus menerus untuk mempermudah investasi," kata Juliari.

Tags :
Rekomendasi