ERA.id - Politisi senior Amien Rais membandingkan kondisi ekonomi saat periode Jokowi dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia menyoroti mulai dari pertumbuhan ekonomi dan angka kemiskinan dua periode tersebut.
Amien mengatakan sejak awal Jokowi berjanji untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 7 persen. Janji itu pun menjadi target pertumbuhan ekonomi dalam RPJMN 2015-2020.
"Perlu diingat sepanjang 14 tahun sejak krisis ekonomi tahun 1998 yang membuat pertumbuhan ekonomi kita terjun bebas hingga minus 13,13 persen hingga tahun 2014 saat Jokowi mengucapkan janji kampanyenya, pertumbuhan ekonomi sebesar itu belum pernah terjadi," kata Amien.
Justru pertumbuhan ekonomi tertinggi yang pernah dicapai Indonesia, disebutkan Amien terjadi saat 6,35 persen saat periode SBY pada 2007. Keberanian Jokowi janjikan pertumbuhan ekonomi sampai 7 persen bagi sebagian orang dianggap bentuk kepercayaan diri dan tekad yang menimbulkan harapan.
"Tapi itu hanya menjadi fatamorgana dan ilusi yang membutakan. Pada kenyataannya pada tahun pertama pemerintahannya di tahun 2015, tingkat pertumbuhan ekonomi kita justru anjlok menjadi hanya 4,79 persen," kata Amien.
Angka tersebut, menurut Amien meleset jauh dari target Jokowi bahkan merosot dari tingkat pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya sebesar 5,02 persen. Kegagalan mencapai target itu terjadi berulang tiap tahun selama periode pertama Jokowi.
"Dalam urusan pertumbuhan ekonomi, prestasi terbaik yang bisa diraih Jokowi adalah 5,07 persen yang dicapainya pada 2017. Akhir cerita, Jokowi pada tahun 2019 menutup periode pertamanya dengan nilai pertumbuhan ekonomi hanya 5,02 persen saja," ujar Amien.
Amien mengungkapkan angka tersebut sama saat Jokowi menerimanya dari SBY pada tahun 2014 sesuai dengan data Badan Pusat Statistik. Lebih lanjut, sepanjang lima tahun periode Jokowi memerintah, klaim terbesarnya pemerintahannya berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 10,96 persen pada September 2014, turun menjadi 9,22 persen pada September 2019.
"Berarti terjadi penurunan sebesar 1,14 persen atau rata-rata 0,28 persen per tahun. Namun keberhasilan itu dan klaim yang menyertainya agar proporsional perlu kita periksa secara kritis," kata Amien.
Ia menjelaskan sejak Orde Baru, secara umum tingkat kemiskinan dengan pengecualian beberapa tahun tertentu, siapapun presidennya memang berada pada tren yang menurun. Karena itu, keberhasilan Jokowi tak terlalu istimewa.
"Dalam urusan keberhasilan menurunkan tingkar kemiskinan, Presiden SBY pada periode pertama pemerintahannya bahkan mampu menurunkan angka kemiskinan dalam persentase yang lebih besar yaitu 2,51 persen, dari 16,66 persen pada tahun 2004 menjadi 14,15 persen pada akhir tahun 2009," kata Amien.
Amien menambahkan pada periode kedua, SBY bahkan mampu menurunkan angka kemiskinan sebesar 3,19 persen. Apalagi keberhasilan Jokowi menurunkan angka kemiskinan masih ternyata masih jauh dari targetnya sendiri. Dalam RPJMN ditargetkan pada tahun 2019 angka kemiskinan turun hingga 7 sampai 8 persen.
"Kenyataannya pada tahun yang sama, angka kemiskinan masih ada pada angka 9,2 persen. Tak perlu tafsir yang lain kecuali sekali lagi Jokowi gagal memenuhi target yang ditetapkannya sendiri," katanya.