Sorotan pada Buruknya Koordinasi Pilot dan Co-Pilot Lion Air JT 610

| 25 Oct 2019 18:32
Sorotan pada Buruknya Koordinasi Pilot dan Co-Pilot Lion Air JT 610
CVR Lion Air JT-610 (Mery/era.id)
Jakarta, era.id - Kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat disebut-sebut berawal dari kerusakan indikator angle of attack (AOA). Kerusakan itu berdampak pada sistem MCAS. Selain dua kerusakan tersebut, Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) menyoroti koordinasi antara pilot dan co-pilot saat mengatasi permasalah tersebut.

Investigator Penerbangan KNKT Ony Soerjo Wibowo menyebut, pilot dan co-pilot yang mengendarai pesawat JT 610 dengan tujuan Jakarta-Pangkal Pinang tak dapat berkoordinasi dengan baik.

Sebab, kerusakan serupa juga terjadi pada penerbangan sebelumnya yakni dari Denpasar menuju Jakarta. Hanya saja, dalam kasus itu pilot dan co-pilot dapat mengatasi permasalahan itu sehingga dapat mendaratkan pesawat dengan baik.

Dikatakannya, saat kerusakan itu terjadi, pilot dan co-pilot dengan penerbangan Denpasar-Jakarta mengatasinya dengan cara terlebih dahulu menstabilkan pesawat dan barulah membaca buku petunjuk untuk menangani kendala itu secara prosedur.

"Mereka berkoordinasi, jadi ketika pesawatnya matuk-matuk, nanti dulu pesawat dulu distabilkan baru nanti buka prosedur. Setelah pesawat stabil ketahuan kok ini muter terus jangan-jangan ini runway stabilazer yang disebut-sebut tadi," ucap Ony di kantor KNKT, Jumat (25/10/2019).

"Makanya pengontrolannya diamankan dulu biar bisa stabil dulu. Kalau sudah stabil kan bisa mengerjakan tugasnya. Ini yang dimaksud dengan manejemen yang baik dan berkomunikasi," sambungnya.

Kondisi berbeda terjadi pada penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang. Komunikasi antara pilot dan co-pilot tidak berjalan dengan baik. Keduanya diduga sibuk dengan cara masing-masing untuk mengatasi kendala itu sehingga menyebabkan jatuhnya pesawat Boeing 737-8 (Max) dan berujung tewasnya seluruh awak dan penumpang.

"Sedangkan di penerbangan yang kedua, ketika pesawat mematuk-matuk, ada yang sibuk baca petunjuk ,ada yang sibuk mengendalikan pesawat. Keduanya tidak saling berkomunikasi dan berkoordinasi," kata Ony.

Sebelumnya, KNKT menyebut penyebab jatuhnya pesawat itu lantaran kegagalan perangkat anti-stall utama. Selain itu, ketergantungan pada sensor angle of attack (AOA) tunggal juga berdampak pada sistem MCAS yang lebih rentan terjadinya kegagalan.

Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) sendiri merupakan fitur terbaru yang ada pada pesawat yang berguna untuk memperbaiki karakteristik anggukan --pergerakan pesawat pasa bidang vertikal. Sementara, sensor AOA tunggal merupakan teknologi yang terpasang di sisi kanan dan kiri kokpit dan berfungsi untuk mengetahui ketinggian dan kecepatan pesawat.

Rekomendasi