Sepekan sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat (AS) telah merencanakan serangan terhadap pemimpin Negara Islam Abu Bakr al-Baghdadi. Dan pada 26 Oktober, pasukan komando operasi khusus AS mengeksekusi serangan. Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, delapan helikopter pasukan AS menurunkan pasukan di Barisha, wilayah kelompok yang terkait ISIS berada.
"Serangan itu disahkan setelah Komando Operasi Khusus Gabungan menerima laporan intelijen yang dapat ditindaklanjuti, karena lokasi target telah di bawah pengawasan selama beberapa waktu," tulis Newsweek.
Pada Sabtu dini hari, suasana di Suriah barat laut terasa sangat mencekam. Abu Ahmad mendengar sekelompok orang yang berbicara dengan bahasa asing di sebelah rumahnya, tepat di tengah-tengah pohon zaitun. Orang itu adalah pasukan khusus AS yang akan menyerang rumah tetangganya yang dikenal sebagai Abu Mohammad alias pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya, operasi yang semula senyap berubah menjadi riuh membangunkan para warga. Suara letusan tembakan terdengar ketika pesawat-pesawat tempur menargetkan rumah Baghdadi. Ahmad mengaku seseorang dengan bahasa Arab berteriak meminta tetangganya itu untuk menyerahkan diri sebelum pasukan memaksa masuk.
Tak ada tanda-tanda bahwa Baghdadi akan menyerahkan diri. Sementara itu di dalam rumahnya, ia berusaha melarikan diri dengan rompi bom di badannya. Menurut Trump, Baghdadi berlari membawa tiga anaknya hingga mencapai ujung terowongan, dan saat itu anjing-anjing dari pasukan AS telah mengejar mereka. Baghdadi yang merupakan sosok pemimpin kelompok ISIS sejak 2010, melakukan bunuh diri dengan meledakkan rompi setelah melarikan diri ke terowongan buntu ketika pasukan AS mendekat.
Aksi bunuh diri Baghdadi itu pun menewaskan dirinya dan ketiga anaknya serta beberapa korban lainnya. Trump menyatakan operasi ini menewaskan sembilan orang termasuk Baghdadi. Seorang pria berusia 23 tahun yang menyaksikan serangan itu mengatakan ada enam mayat yang tak dikenal di dalam rumah dan dua berada di kendaraan. Sementara itu, 11 anak dikeluarkan dari rumah tersebut.
"Mayat lelaki yang dikenal sebagai Abu Mohammad atau Baghdadi itu tidak ditinggalkan di antara mayat-mayat lainnya. Beberapa warga mengatakan dia dibawa bersama dengan orang lain," kata Abdel Hameed, dikutip Channel News Asia.
Untuk memastikan itu sosok pemimpin ISIS, Trump menyatakan pasukan AS telah melakukan identifikasi dengan tes DNA 15 menit kemudian dan hasilnya positif. Trump menjelaskan operasi itu berjalan selama dua jam. Trump pun menyatakan, menangkap atau membunuh al-Baghdadi telah menjadi prioritas keamanan nasional pemerintahannya. Dia menyaksikan proses penyerangan itu langsung di Gedung Putih.
Setelah rangkaian serangan itu selesai, rumah yang menjadi target penyerbuan terlihat benar-banar rata. Kerangka sepada motor dan mobil yang terbakar tergeletak di depan puing-puing. Sebuah pakaian berwarna merah muda tampak sangat kotor karena debu, tersangkut di tengah reruntuhan rumah Baghdadi.