Lebanon Berpesta di Tengah Mundurnya PM Saad al-Hariri

| 30 Oct 2019 12:05
Lebanon Berpesta di Tengah Mundurnya PM Saad al-Hariri
Demonstran mengibarkan bendera Lebanon usai pengunduran diri PM Hariri (Twitter/DionNissenbaum)
Jakarta, era.id - Aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Lebanon saat ini menjadi yang terparah sejak 2008. Merasa sampai pada jalan buntu, Perdana Menteri Saad al-Hariri akhirnya mengundurkan diri pada Selasa (29/10). Keputusan ini disambut sukacita oleh masyarakat Lebanon dengan berpesta.

Pengunduran diri itu disampaikan oleh Hariri saat berbicara di hadapan publik usai massa loyal terhadap gerakan Hizbullah Muslim Syiah dan Amal, menyerang dan menghancurkan kamp protes yang didirikan pengunjuk rasa anti-pemerintah di Beirut, ibu kota Lebanon. 

"Selama 13 hari rakyat Lebanon menunggu sebuah keputusan bagi jalan keluar politik untuk menghentikan keadaan yang memburuk. Dan saya sudah mencoba untuk menemukan jalan keluar, dengan mendengarkan suara rakyat," ujar Hariri dalam pidatonya, dikutip BBC, Rabu (30/10/2019). 

"Sudah saatnya bagi kita untuk memiliki kejutan besar guna menghadapi krisis. Kepada semua mitra dalam kehidupan politik, tanggung jawab kita hari ini adalah bagaimana kita melindungi Lebanon dan menghidupkan kembali ekonomi". Ia juga mengatakan akan mengajukan surat pengunduran dirinya ke Presiden Michel Aoun, demikian dilansir Reuters.

Pengunduran diri Hariri ini menunjukkan memanasnya ketegangan politik yang mungkin akan mempersulit pembentukan pemerintah baru yang diharapkan mampu mengatasi krisis ekonomi terparah Lebanon sejak perang saudara pada 1975-1990 itu. Pengunduran diri itu bertentangan dengan keinginan Hizbullah, salah satu kelompok paling berpengaruh di Lebanon, yang berkeras agar Hariri tetap berada di posnya demi menghindari kevakuman kekuasaan.

Puncak demonstrasi Lebanon

Selama dua pekan terakhir, Lebanon dilumpuhkan oleh gelombang protes yang belum pernah terjadi sebelumnya. Aksi protes ini mulanya dipicu oleh rencana pemerintah yang akan mengenakan tarif telepon dalam aplikasi WhatsApp. Meski sudah dibatalkan, aksi protes meluas dan menyasar pada korupsi politik dan masalah ekonomi. 

Lebanon menghadapi keterpurukan akibat krisis ekonomi. Tingkat utang Lebanon menjadi salah satu tertinggi di dunia. IMF memperkirakan defisit fiskal Lebanon akan mencapai 9,8 persen dari GDP pada tahun ini dan 11,5 persen pada 2020.

 

Ketegangan di Ibu Kota Beirut mencapai puncaknya pada Selasa 29 Oktober, ketika terjadi bentrokan antara para pendukung Hizbullah dengan demonstran anti-pemerintah. Pendukung Hizubullah dan kelompok Syiah Amal merusak kamp pengunjuk rasa di Beirut tengah. Mereka meneriakan slogan-slogan, membakar tenda, hingga dengan sporadis memukuli para pengunjuk rasa anti-pemerintah itu.

Polisi huru hara dan pasukan tentara pemerintah berusaha untuk memisahkan kelompok yang berlawanan itu dengan menembakan gas air mata. Unjuk rasa mencerminkan perpecahan di dalam masyarakat Lebanon dan menyebabkan penutupan bank, kantor, sekolah, dan universitas selama 10 hari.

Kelompok Hizbullah menentang pengunduran diri Hariri dan mengatakan langkah perdana menteri itu akan menciptakan kekosongan pemerintah. Sementara itu, masyarakat menilai masih pengunduran diri Hariri belum cukup sehingga mereka berkomitmen untuk terus melakukan protes.

Baca Juga: Mendesak Tapi Santuy dalam Aksi Demonstrasi ala Lebanon

Lebanon berpesta

 

Kendati begitu, pengunduran diri Hariri disambut gembira dengan perayaan meluas ke seluruh Lebanon. Meskipun sebagian mengatakan ini adalah kemenangan awal dalam pertempuran yang masih panjang.

Ratusan orang berkumpul di Riad al-Solh. Mereka berdiri bersama menyanyikan lagu kebangsaan. Sebagian dari mereka berpelukan. Sementara itu, di Tripoli yang merupakan basis penudukung Hariri, para warga merayakan dengan berpesta. Kepalan tangan terlihat menjunjung tinggi di udara, tari tradisional dabkeh dilakukan oleh para warga. Raut kebahagian dalam wajah mereka terlihat dengan jelas. Masyarakat Lebanon bersukacita bersama. 

"Ini langkah pertama yang baik, tapi kami masih akan tetap di jalanan," ujar Pierre Mouzannar, seorang pembuat film yang berusia 21 mengatakan kepada Al Jazeera. "Hariri adalah bagian dari masalah, tetapi ia bukanlah sepenuhnya masalah. Saya tidak berpikir bahwa ini sudah selesai".

Sementara itu, di dekat jalan menuju alun-alun Riad al-Solh, Saba, perempuan berusia 21 tahun yang sedang melukis bendera Lebanon di wajah demonstran mengatakan "Dia seharusnya mengundurkan diri lebih awal, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan."

Riuh sukacita juga terlihat di Ibu Kota Beirut. Massa yang tumpah di jalanan berpesat menyambut keputusan mundurnya Hariri. Meski begitu, mereka berjanji akan tetap melanjutkan aksinya hingga semua tuntutan mereka dipenuhi. "Revolusi belum berakhir," seru ribuan demonstran, seperti dikutip dari AFP.

Tags : demo
Rekomendasi