Menariknya, saat memberikan pidato, Megawati tampak seperti memimpin Rapat Terbatas (Ratas) yang bisa digelar oleh Presiden di Istana Presiden. Pasalnya, dalam acara tersebut hadir sejumlah menteri dari Kabinet Indonesia Kerja.
Seperti Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Soemantri Brodjonegoro, Menteri Sosial Juliari Batubara, dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif. Hadir pula Ketua DPR RI saat ini, Puan Maharani dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
"Saya sendiri kaget, kok tumben ya banyak menteri yang mau datang. Tapi terus saya teringat oh iya bosnya (Presiden RI Joko Widodo) sedang di luar negeri. Karena ini kalau saya ingat sebagai presiden kelima ini mungkin sudah bisa saru Ratas," ujar Megawati di auditorium Gedung BMKG, Kemayoran, Jakarta, Senin (25/11/2019).
Awalnya Ketua Umum PDIP ini menceritakan saat mengunjungi kantor BMKG di Cina, ia melihat kecanggihan teknologi negeri Tirai Bambu itu dalam mendeteksi gempa serta penyebaran informasinya ke masyarakat dalam waktu yang relatif singkat.
"Jadi ini untuk Ibu Sri. Saya nyuwun. Kalau saya pikir, kenapa di RRT itu bisa menyala dan menggambarkan real time-nya dan itu sudah 2 menit loh," kata Megawati.
Baginya teknologi itu akan menyelamatkan banyak nyawa bila terjadi bencana, karena mampu dengan segera mendeteksi guncangan gempa di wilayah yang jauh dengan cepat, sehingga peringatan bisa segera ditransmisikan ke warga.
Mega juga bertanya kepada ahli dari ITB kenapa China bisa demikian canggihnya. Menurut ahli tersebut karena China memiliki satelit khusus.
"Saya langsung bertanya berapa harga satu satelit. Ini mumpung ada Bu Ani (Sri Mulyani). Saya nyuwun lah. 6 Menit itu berharga dan kita sayang nyawa. Katanya harganya 1,4 triliun. Saya bilang, why not kalau untuk menolong manusia sebegitu banyak," kata Megawati.
"Jadi tolong dihitung. Kalau mungkin dikerjasamakan dengan siapa gitu. Karena ini untuk kemanusiaan dan rakyat kita," tambahnya.
Megawati Soekarnoputri (Gabriella Thesa/era.id)
Tak hanya meminta kepada Sri Mulyani saja, Megawati juga meminta kepada Menko PMK Muhadjir Effendy supaya bisa memasukkan pendidikan tentang bencana alam ke kurikulum pelajaran nasional. Menurutnya, mengajarkan tentang bencana alam dan cara melindungi diri kepada anak-anak sekolah sangat penting. Karena dengan begitu, masyarakat menjadi lebih tanggap terhadap bencana alam.
"Di sini ada Pak Menko PMK, kurikulum dalam hal menangani bencana alam ini seharusnya ya ada sekarang di sekolah-sekolah supaya kalau suatu saat terjadi bencana alam, untuk dapat segera bantu melindungi dirinya sendiri kemudian bantu melindungi orang lain," ujar Mega.
Dalam pidatonya, Mega menyayangkan ketidakhadiran Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Pasalnya, ia menyinggung tentang bangunan anti gempa khususnya di Jakarta yang menurut prediksi para ahli sangat mungkin terkena bencana gempa bumi.
"Sayang Pak PUPR nggak ada. Jadi coba kementerian, tolonglah ini gimana caranya (menanggulangi bencana alam)," pungkas Megawati.