Warga pun panik dan memborong barang-barang kebutuhan pokok di pusat perbelanjaan, berjaga-jaga jika situasi makin buruk. Tak terkecuali WNI yang tinggal di negeri Singa itu.
"Pas Selasa kemarin confirm kasus pertama human to human Singaporean, waa..langsung aku stay at home," ujar Marietta Prita, salah seorang WNI yang kini menetap di Singapura kepada era.id, Selasa (11/2/2020).
Menurut WNI yang sudah tiga tahun menetap di Singapura ini, tadinya warga tak terlalu khawatir penyebaran virus berlambang 2019-nCov itu karena yakin hanya menjangkiti warga Wuhan yang berkunjung ke Singapura. Tapi situasi berubah saat pemerintah mengumumkan adanya penularan antarmanusia di negara berpenduduk sekitar 5 juta jiwa itu.
Sontak warga Singapura langsung mengenakan masker, memadati pusat perbelanjaan dan mengurangi aktivitas di luar rumah. "Iya, bener banget. Sejak DORSCON jadi oranye, mereka panik," kata wanita yang akrab disapa Marie ini.
Ia akhirnya juga ikut menimbun kebutuhan pokok seperti beras, daging, sayuran, hingga perlengkapan bayi untuk anaknya yang berusia 21 bulan.
"Aku melu-melu (ikut-ikutan), tapi nyetok daging buat masak biar enggak jajan di luar," lanjutnya.
Saat berbelanja ia harus rela antre satu jam di kasir karena banyak warga yang berbelanja. Padahal Perdana Menteri (PM) Lee Hsien Loong telah mengimbau warganya untuk tidak memborong barang kebutuhan pokok secara berlebihan.
Singapura kini dilanda panic buying. Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) meminta lembaga keuangan dan bank di Negeri Merlion untuk siap-siap mengalami peningkatan permintaan pada layanan keuangan seperti penarikan tunai atau layanan keuangan online lainnya.
Marie juga mengungkapkan situasi di pusat bisnis Singapura yang sepi, dan jalan-jalan yang lengang akibat level oranye penyebaran virus korona baru. Orang-orang pun memilih untuk menghindari pusat keramaian termasuk ia, suami dan anaknya yang sudah sepekan tidak keluar rumah.
Situasi di Singapura (Dok. Marie)
"Soalnya aku memang mau di rumah. Kan aku ada Sam (anak perempuannya) yang masih hobi masukin tangan ke mulut," kata wanita asal Yogyakarta ini.
Meski begitu aktivitas perkantoran di Singapura berjalan seperti biasa namun tetap dalam situasi waspada. Tak ada kantor yang tutup meski sekolah-sekolah diliburkan setidaknya hingga Maret. Pemerintah Singapura mengharuskan karyawan yang memiliki rekam perjalanan ke Wuhan, China terhitung sejak tanggal 23 Januari 2020, harus bekerja di rumahnya masing-masing.
Tak hanya itu, sejak DORSCON berubah menjadi tanda siaga, setiap perusahaan di Singapura juga wajib mengecek suhu badan pegawainya secara berkala.
Ada sekitar 200.000 WNI yang tinggal di Singapura. KBRI Singapura mengimbau para WNI untuk menghindari tempat keramaian di Negeri Singa. "Semaksimal mungkin menghindari tempat-tempat keramaian bilamana tidak mendesak," ujar Kepala Fungsi Pensosbud KBRI Singapura, Ratna Lestari Harjana, dalam siaran pers, Minggu (9/2).
KBRI mengimbau agar WNI memperhatikan sejumlah hal, di antaranya menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit atau menunjukkan gejala demam atau gangguan pernapasan dan menjaga kebersihan diri dengan baik.
Apabila WNI merasakan kurang sehat, maka diminta segera mencari pertolongan medis. KBRI Singapura juga mengimbau agar seluruh WNI yang ada di Singapura untuk tetap tenang, tidak panik, berhati-hati dan bertindak secara bertanggung jawab.