Ilmuwan khawatir virus itu mungkin menyebar tapi tidak terdeteksi di negara tersebut. "Indonesia melaporkan nol kasus, Tapi seharusnya sudah ada beberapa kasus," kata ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, seperti dikutip dari VOA, Selas (11/2/2020).
Sedangkan Thailand telah melaporkan 25 kasus, "Harusnya lebih banyak," tambahnya.
Kamboja hanya melaporkan satu kasus, yang diragukan datanya oleh Lipsitch.
Penelitian ini didasarkan pada studi perkiraan jumlah rata-rata penumpang pesawat yang terbang dari Wuhan ke kota-kota lain di seluruh dunia. "Lebih banyak penumpang datang, mungkin akan berarti lebih banyak kasus," katanya.
Kementerian Kesehatan Indonesia dinilai hanya mengandalkan tes pancoronavirus yang bisa dipakai mengidentifikasi semua virus dalam 'keluarga' korona, seperti SARS dan MERS.
Tidak terdeteksi?
Sistem pencegahan di Indonesia, Kamboja, dan Thailand menurutnya tak memadai untuk mendeteksi virus korona baru.
"Kasus-kasus yang tidak terdeteksi di negara mana pun berpotensi menyebarkan epidemi di negara-negara itu," tambahnya.
Penelitian kelompok Lipsitch adalah salah satu dari tiga penelitian terbaru yang mengungkapkan bahwa virus itu kemungkinan telah sampai ke Indonesia. Tapi studi ini tidak melalui proses ilmah dan hanya berdasarkan model dari data perjalanan warga Wuhan ke berbagai negara.
Hal ini masih menjadi teka-teki yang belum bisa dijawab. Ahli virus Christopher Mores dari Milken Institute School of Public Health University yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan, hal itu karena transmisi virus terbukti berbeda di luar zona wabah utama untuk beberapa alasan yang belum dijelaskan.
"Atau kita hanya tidak menangkapnya dan menghitungnya, atau gagal saat mendeteksi," kata Mores.
Hingga kini, Indonesia, Thailand, dan Kamboja telah menolak kedatangan turis dari China. WHO pun percaya jika Indonesia sudah maksimal mencegah korona.
Marc Lipsitch (VOA)
"Indonesia tengah melakukan apa yang mungkin untuk dipersiapkan dan mencegah dari virus korona baru," kata Dr Navaratnasamy Paranietharan, perwakilan Indonesia dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto merespon hasil studi Lipsitch. menurutnya, peralatan pendeteksi virus korona biru di Indonesia sudah sesuai standar internasional.
"Itu namanya menghina. Wong peralatan kita kemarin difixkan dengan duta besar Amerika Serikat. Kita menggunakan dari Amerika Serikat," ujar Terawan di Gedung Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2020).
Menkes mempersilahkan organisasi kesehatan dunia atau WHO melihat langsung peralatan yang dimiliki Indonesia.
"Kita pada prinsipnya sangat transparan dan silakan yang mau memeriksa. Supaya enggak ada yang menyangsikan lagi. Kalau ada orang lain mau melakukan survei dan dugaan ayo silakan saja, tapi jangan mendiskreditkan suatu negara," ucapnya.