Carut Marut Hitung-Hitungan Angka COVID-19

| 31 Mar 2020 17:47
Carut Marut Hitung-Hitungan Angka COVID-19
Ilustrasi (BNPB)
Jakarta, era.id - Grup WhatsApp yang berisi kumpulan para pejabat dan jurnalis mendadak riuh. Musababnya adalah perbedaan data pasien positif dan angka kematian akibat COVID-19 yang dipublikasikan, berbeda dibanding data pemerintah pusat. Sontak para jurnalis anggota grup yang berasal dari berbagai daerah itu di nusantara ini pun komplain.

"Dari Kemenkes datanya itu saja yang dikasih," jawab salah seorang pejabat yang juga admin grup tersebut.

Sebagai contoh, di Sumatera Barat per hari ini menurut data dari Pemprov sudah ada 11 orang positif korona dan satu orang meninggal dunia. Tapi data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, ada delapan orang positif dan nihil agka kematian. 

Salah seorang pejabat di Gugus Tugas yang enggan disebutkan namanya bilang, soal data jumlah kasus positif, angka kematian dan kesembuhan, semuanya dilakukan Kemenkes. Perbedaan data pusat dan daerah itu bisa menjadi contoh ada yang perlu diperbaiki soal pengolahan data yang dilakukan oleh Kemenkes. 

Infografik (Dok. BNPB)

Sebelumnya, pemerintah sempat mengakui ada kesalahan data terhadap angka kematian akibat COVID-19. Kejadian itu terjadi pada Rabu (18/3). Saat itu angka korban meninggal mencapai 19 orang. Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan, sejumlah rumah sakit yang menangani kasus COVID-19 ada yang belum melaporkan kasus kematian sejak tanggal 12 Maret 2020 hingga 17 Maret 2020.

"Terdapat masalah dalam pendataan, karena setelah kami melakukan recheck tadi pagi dan berkoordinasi dengan seluruh RS di seluruh RS yang merawat kasus ini, maka ternyata beberapa RS belum melaporkan kasus kematian sejak 12 Maret," ujar Yuri kala itu.

Pada Rabu (25/3), pemerintah juga kembali mengakui adanya kesalahan data terkait jumlah kasus positif COVID-19 sehari sebelumnya. Tercatat pada Selasa (24/3) pemerintah mengumumkan total jumlah kasus positif sebanyak 686 kasus.

Achmad Yurianto (Dok. BNPB)

Namun ternyata data tersebut salah. Alasannya, ada satu pasien terdaftar di dua rumah sakit yang berbeda, sehingga seharusnya jumlah kasus positif pada Selasa (24/3)adalah 685 kasus saja.

"Satu pasien tercarat di dua RS dengan nama yang hampir mirip. Tapi sudah dikonfirmasi, jadi riilnya 685 kasus," kata Yuri di Kantor BNPB, Jakarta, Rabu (25/3).

Padahal sudah hampir sebulan (atau mungkin sudah lebih dari sebulan sebenarnya) pengumuman kasus pertama COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret lalu. Tetapi koordinasi antardaerah soal data saja masih berantakan. Padahal, penyebaran virus makin tinggi tiap hari. Butuh kecakapan dan ketekunan dalam mengolah data tentang kasus korona, agar transparan sehingga masyarakat bisa tenang.

Rekomendasi