"Wisatawan di Bali atau di Indonesia pada umumnya, tinggalkan Indonesia sekarang, jangan tunda kepulangan Anda," ujar Quinlan melalui akun Twitternya Kamis (26/3).
???????? tourists in #Bali or Indonesia more broadly, leave now – don’t delay your departure. If you’re a long-term ???????? resident of ????????, consider whether you have the support & access to services you will need in what will be a challenging period. More info:https://t.co/4RM62Kfu1m
— Gary Quinlan (@DubesAustralia) March 26, 2020
Sementara itu, Konsulat Jenderal (Konjen) Australia di Denpasar juga menyatakan hal serupa, penerbangan dari dan ke Bali dari Australia bakal dihentikan akhir pekan ini. Konjen Australia meminta semua warganya pulang sebelum terlambat.
?? Most flights between Bali and Australia will end this weekend.
If you think you might want to come home in coming months, act now before it's too late.
Flights with seats available tonight: VA34 to SYD at 10.30pm and VA46 to BNE at 9.10 pm @VirginAustralia
— Anthea Griffin (@KonJenBali) March 27, 2020
Australia memprediksi akan ada puncak dari lonjakan kasus positif COVID-19 di Indonesia. Mereka mengkritik cara pemerintah dalam menangani penyakit paling menular di dunia ini.
Sampai hari ini ada 893 pasien positif korona di Indonesia, 35 sembuh, dan 78 meninggal dunia. Angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia yakni di atas delapan persen. Kurangnya tes massal dan tak ada kebijakan yang ketat soal pembatasan pergerakan warga, Australia memprediksi, setengah dari populasi akan terinfeksi.
"Indonesia tampaknya memiliki lebih banyak kasus daripada yang sudah dilaporkan. Tanpa tes dalam skala besar dan metode karantina yang terukur, kans virus ini untuk terus menyebar begitu besar," kata Direktur Institut Molekular Biosains di University of Queensland, Australia, Ian Henderson, seperti dikutip dari 9news, Jumat (27/3/2020).
Kacaunya kebijakan ketat soal social distancing dan pengamanan ODP dan PDP korona di Indonesia tercermin dari kasus meninggalnya seorang WN Prancis di atas sepeda motornya di Denpasar, Bali, beberapa hari lalu. Bule tersebut tetap wara-wiri meski ia tengah menunggu hasil tes korona hingga meninggal di pinggir jalan.
Ada juga, pasien positif korona asal Inggris di Bali, Kimberley Finlayson yang meninggal setelah menjalani operasi, padahal ia sudah dinyatakan positif COVID-19 sebelum operasi.
"Tiga jam sebelum dia menjalani operasi, saya diberitahu secara informal bahwa dia positif virus korona dan saya hanya tahu itu karena mereka datang untuk juga untuk menguji saya," kata sang suami Ken Finlayson.
"Mereka memperlakukan orang sebagai kasus daripada individu dan tingkat perawatan yang kurang dan komunikasi," sambungnya.
Selama berminggu-minggu para politisi mengatakan Indonesia bebas dari virus korona karena "kekuatan doa", padahal sebenarnya alasannya karena Indonesia tidak memiliki alat tes yang tepat.
Kini dengan jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 893 kasus dengan 35 orang dinyatakan sembuh dan 78 orang meninggal dunia, tenaga medis terpaksa menggunakan alat pelindung diri (APD) seadanya seperti jas hujan dan helm proyek. Bagaimana jika jumlah pasien COVID-19 meledak?
-
Nasional11 Aug 2020 16:41
Media Australia Sebut COVID-19 di Indonesia Tembus 1 Juta Kasus
-
Afair02 Jul 2020 16:06
Disebut Berakhir Juni, Penularan COVID-19 Masih Terus Bertambah