Sebelum dinyatakan menghilang, dr Ai Fen sempat membeberkan tentang pasien pertama berlabel ‘virus corona SARS’ yakni seorang wanita pedagang di pasar Huanan, Wuhan. Publik menduga dokter Ai ditangkap polisi.
Dikutip dari New York Post, Jumat (3/4/2020) dr Ai Fen sebelumnya mengungkap banyak data dan foto soal pasien pertama COVID-19 yang ketika itu masih ditutup-tutupi pemerintah China dalam sebuah wawancara.
Ia mengatakan bahwa tujuanya melaporkan keberadaan virus jenis baru ini hanya ingin agar masyarakat dan pemerintah waspada.
Namun wawancara dengan media itu langsung menghilang tidak beberapa lama setelah dirilis. Setelah itu, Direktur IGD di Central Hospital ini bersama delapan rekannya diinterogasi polisi dan dipaksa menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa informasi yang dibeikannya adalah palsu.
Virus tersebut telah menewaskan empat rekannya sesama dokter di Wuhan. dr Ai Fen menyesal tidak membocorkan lebih banyak data sebelumnya. Padahal mereka sama-sama aktif memberikan data tentang virus korona kepada publik di China.
"Jika aku tahu apa yang akan terjadi hari ini, aku tidak akan peduli dengan teguran itu. Saya akan memberi tahu siapa pun dan di mana pun saya mau," kata dr Ai.
Sebeumnya, saat pertama kali menerima laporan pasien berlabel 'SARS corona virus' pada bulan Desember tahun lalu, dr Ai Fen langsung teringat epidemi SARS beberapa tahun silam.
Dr Ai mengaku langsung keringat dingin setelah membaca hasil lab pasien tersebut. Ia kemudian membagikan laporan itu ke rekan sesama dokter yang satu departemen dengannya serta pihak otoritas rumah sakit.
"Malam itu, data dan foto-fotonya saya bagikan ke mana-mana dengan screenshot dari laporan saya," kata dr Ai.
Belakangan, dokter mata bernama Li Wenliang juga mengalami perlakuan yang sama sebelum meninggal karena COVID-19. Tiga dokter lain yang mengetahui seluk-beluk pasien pertama virus korona di China juga dilaporkan meninggal dunia.