Dua peneliti dari University of Oxford itu memperoleh suntikan pertama pada Kamis (23/4). Sementara relawan lain disuntik vaksin meningitis sebagai perbandingan pada hari ini.
Perusahaan Farmasi The Oxford Vaccine Group sangat optimis dengan hasil karya mereka. Mereka berencana untuk mengulangi proses ini pada enam relawan lain pada Sabtu besok. Lalu pada Senin mendatang, mereka akan melakukan uji coba pada lebih dari 1.000 orang.
Ahli biologi mikro Elisa Granato dan peneliti Edward O’Neill adalah dua ilmuwan yang menjadi relawan pertama dalam uji coba ini. Mereka ingin membantu dalam melawan pandemi virus korona. Ia merasa gembira bisa mendukung usaha melawan virus korona dengan menjadi relawan.
"Karena saya tidak mempelajari virus, saya merasa agak tidak berguna akhir-akhir ini, jadi saya merasa ini adalah cara yang sangat mudah bagi saya mendukung hal ini," kata Elisa dilansir dari Metro.co.uk, Jumat (24/4/2020).
“Rasanya hal ini adalah hal yang benar untuk dilakukan untuk memastikan jika kita bisa melawan penyakit ini dan mengatasinya dengan lebih cepat,” Sambung wanita 32 tahun itu.
Profesor Sarah Gilbert, yang memimpin tim uji coba optimis jika vaksin itu akan sukses. "Secara pribadi, saya sangat optimis vaksin itu manjur. Secara formal, kami menguji vaksin itu dalam setting yang paling manjur. Jadi kami tidak akan menggunakan vaksin ini dalam populasi yang lebih besar sebelum kami menunjukkan jika vaksin itu bekerja dan mencegah orang terinfeksi virus korona," ucapnya.
Selain Inggris, Amerika dan China juga sudah menguji calon vaksin virus paling menular di dunia itu kepada manusia. Pengembangan vaksin menurut prosedur WHO paling cepat bisa membutuhkan waktu selama satu tahun.