Prosesi Pemakaman di Kenya yang Kini via Facebook Live

| 24 May 2020 17:50
Prosesi Pemakaman di Kenya yang Kini via Facebook Live
Pemakaman Lewat Siaran Langsung di Facebook (Foto: BBC)
Jakarta, era.id - Pemerintah Kenya, Afrika Timur telah menetapkan aturan ketat untuk urusan pemakaman. Jenazah yang meninggal langsung dikuburkan tanpa ada prosesi adat. Mereka setidaknya harus berjaga jarak 1 meter serta terpisah dengan keluarga jenazah dan semua pelayat harus memakai masker.

Hal ini dialami oleh pemakaman jenazah Chris, dihadiri 15 orang saja yang berlangsung pukul 9 pagi. Sebelumnya, pihak keluarga sudah berkumpul untuk menyaksikan pemakaman dengan melihat siaran langsung di Facebook atau Live Facebook sejak pukul 7 pagi.

Ada ratusan pelayat yang 'datang' sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk Chris. Mendiang memiliki kepribadian yang baik, dan humoris. Semasa hidupnya, ia kerap melayat ketika kerabatnya ada yang meninggal dunia atau pernikahan. Chris dikenal sebagai sosok yang hebat dan memiliki banyak jaringan pertemanan.

Kerabatnya hadir untuk melayat, namun mereka tidak ada di pemakaman, melainkan menonton siaran langsung di Facebook.

Coffin

Para pelayat (Foto:BBC)

"Kami tidak bisa memainkan lagu favoritnya. Chris adalah sepupu dekat saya, kami dibesarkan di rumah yang sama dan dia lebih dari sekadar saudara bagi saya," ujar saudaranya.

Chris dinyatakan meninggal dunia dengan penyakit sirosis hati. Sebelum tutup usia, beberapa pekan lalu kondisi Chris terus turun sejak Minggu Paskah di Kenya Barat. Pemerintah memberikan pedoman untuk jenazah hendak dikuburkan, yaitu harus dimakamkan dalam waktu tiga hari.

Namun, banyaknya keluarga dan teman-teman berada di Nairobi tak bisa semua bisa menghadiri pemakaman. Pendeta memberikan khotbah singkat dan dibatasi serta sedikit nyanyian rohani.

Semasa hidupnya, Chris menyukai musik dan menjadi drummer di Gereja Salvation Army. Jadi sangat menyakitkan apabila tidak ada lagu-lagu di hari terakhirnya.

Saat siaran langsung di Facebook, banyak kerabatnya yang menyaksikan. Meski penghiburan digital, para pelayat menyampaikan belasungkawa dan menceritakan semasa hidup Chris melalui kolom komentar tersebut.

Bahkan, mereka melakukan tangkapan layar ketika siaran langsung dan nantinya akan dicetak untuk dijadikan buku. Mereka merasakan perbedaan drastis, karena tak bisa memeluk, atau menyentuh satu sama lain untuk menerapkan physical distancing. 

Pelayat tak pernah membayangkan harus mengubur orang yang dicintainya hanya melalui media sosial saja. Baginya, ini seperti menonton film.

Coffin being lowered into the ground

Pemakaman Chris (Foto: BBC)

Nahasnya, siaran langsung sering gagal, karena koneksi jaringan buruk. Jadi, mereka tak bisa menyaksikan perjalanan terakhir Chris hingga akhir. Bahkan, ada yang tak melihat saat peti mati tertutup.

Masyarakat Afrika sangat melekat dengan upacara kematian sebagai peralihan tradisi di sukunya. Kini mereka harus menerima pil pahit karena tak melakukan tradisi seperti sebelumnya untuk memutus penyebaran pandemi COVID-19

Rekomendasi