Penanganan Radikalisme 6 Negara

| 08 Feb 2018 18:32
Penanganan Radikalisme 6 Negara
Rakornis Ditjen Strahan Kementerian Pertahanan. (Kemenhan.go.id)
Jakarta, era.id – Kementerian Pertahanan (Kemhan) menjalin kerja sama dengan lima negara ASEAN untuk penanggulangan terorisme dan radikalisme. Kerja sama tersebut mengusung konsep pertukaran informasi strategis kawasan rawan terorime dan radikalisme dengan nama ‘our eyes’. 

Melalui kerja sama itu, Indonesia bersama Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam akan bertukar informasi soal daerah rawan teroris dan radikalisme, guna menghadapi dan menangkal radikalisme serta terorisme secara kolektif.  

Menurut Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Strahan Kemhan) Mayjen TNI Hartind Asrin, kerja sama tersebut didasari dari tingginya angka terorisme dan radikalisme di Indonesia serta negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik. 

Oleh karenanya, Kemhan menilai diperlukan perhatian serius dalam hal terorisme dan radikalisme. Hartind mengatakan, penting adanya penanganan secara kolektif melalui kolaborasi dan interaksi antarnegara dalam menghadapi ancaman ini.

“Ancaman nyata pada saat ini yang memerlukan perhatian serius adalah ancaman terorisme dan radikalisme. Ancaman tersebut bersifat lintas negara berskala regional maupun global sehingga memerlukan penanganan kolektif dan tindakan bersama,” kata Hartind, saat membuka Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Direktoral Jenderal (Ditjen) Strahan Kemhan di Kantor Kemhan, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (8/2/2018).

Hartind menjelaskan, Indonesia mempunyai beberapa titik rawan ancaman terorisme dan radikalisme. Oleh karenanya, selain bekerja sama dengan negara-negara ASEAN, penting pula untuk membentuk konsep pembangunan mindset masyarakat Indonesia melalui penanaman wawasan kebangsaan, supaya tak mudah terprovokasi kelompok tertentu.

“Upaya yang kita kembangkan dalam menghadapi berbagai potensi ancaman, yaitu dengan memperkuat jati diri bangsa serta membangun persatuan dan kesatuan yang kokoh, melalui penanaman nilai-nilai Pancasila dan penguatan kesadaran bela negara,” kata Hartind.

Sebelumnya, Wakapolri Komjen Syafruddin memprediksi sekitar 300 foreign terrorist fighters (FTF) akan datang ke Indonesia. Kembalinya kelompok teroris ini disebabkan karena situasi pendinginan pascakekalahan ISIS dalam perang di Timur Tengah. 

Jumlah ini, menurut Syafruddin, akan terus bertambah sesuai perkembangan data dari berbagai informasi, baik data nasional maupun internasional. Wakapolri menjelaskan, pihaknya saat ini fokus kepada antisipasi dan penanggulangan kelompok teroris dan radikal.

"Tugas kita semua stakeholders untuk tangani itu. Makanya ada rapat antarlembaga, antardepartemen, agar semua lembaga yang menangani ini semua bisa antisipasi itu," kata Wakapolri Syafruddin saat ditemui terpisah di Kemenkopolhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (5/2/2018).

Tags : radikal
Rekomendasi