"Pilpres nanti. Saya akan ambil keputusan bersama dengan semua rekan-rekan. Dan pada saat yang tepat, tentunya keputusan itu akan saya sampaikan kepada rakyat Indonesia," kata Prabowo di kediamannya, di Jalan Kertanegara, Kebayoran, Jakarta Selatan, Kamis (1/3/2018).
Beberapa waktu lalu, sempat bergulir isu Prabowo jadi pendamping petahana Presiden Joko Widodo. Soal itu, Prabowo pasrah dengan apapun putusan Partai Gerindra terkait nasibnya di Pilpres 2019.
"Saya adalah mandataris partai saya. Jadi, ya kita akan mendengarkan suara partai, suara rakyat, suara sahabat-sahabat, mitra-mitra," ujar Prabowo.
"Yang terbaik untuk rakyat akan kita lakukan," lanjutnya.
PDIP telah mendeklarasikan Jokowi sebagai capres di Pilpres 2019. Meski demikian, keputusan PDIP mengusung Jokowi ini tak lantas membuat Prabowo, pesaing tunggal Jokowi di Pilpres 2014, buru-buru mengumumkan langkah politiknya di 2019.
Pada 18 Februari 2018, Survei Poltracking untuk pemetaan elektoral kandidat calon presiden (capres) di Pilpres 2019 menyebutkan elektabilitas Jokowi masih berada di atas Prabowo. Nama Jokowi berada di tingkat keterpilihan 45,4 persen dan Prabowo mencapai 19,8 persen.
Di bawah Jokowi dan Prabowo, survei yang diambil dari 1.200 responden periode 27 Januari-3 Februari 2018 itu menempatkan secara berurutan Agus Harimurti Yudhoyono dengan keterpilihan 0,8 persen, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 0,6 persen dan Calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 0,6 persen.
Dari survei itu Jokowi menjadi pesaing kuat Prabowo. Namun, lembaga survei lain menyebut ada peluang terbuka bagi Jokowi dan Prabowo bersanding bersama di Pilpres 2019. Alternatif tersebut muncul dari survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menyebutkan responden menyambut baik bila Jokowi maju menjadi capres didampingi Prabowo sebagai cawapres.