Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan dolar AS melanjutkan penguatan terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah seiring meningkatnya minat pelaku pasar pada aset berdenominasi dolar AS.
"Minat pada dolar AS ditopang kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat bertenor 10 tahun," kata Ariston dilansir Antara.
Ia menambahkan, indeks peluang kenaikan suku bunga The Fed yang diprediksi hingga tiga kali pada 2018, turut memicu peningkatan permintaan dolar AS.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi dolar AS relatif terbatas menyusul kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengenakan tarif untuk impor baja dan aluminium. Situasi itu, katanya, dapat memicu peluang terjadinya perang dagang dengan mitra strategisnya, seperti Tiongkok dan negara-negara Eropa.
Sementara itu, Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang sedianya akan dilakukan pada Maret ini dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
"Diharapkan sentimen mengenai fundamental ekonomi Indonesia yang kondusif menarik minat investor untuk tetap masuk ke dalam negeri sehingga menjaga fluktuasi rupiah tetap stabil," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (6/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.750 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.740 per dolar AS.