'Murahnya' Nyawa di Proyek Infrastruktur

| 19 Mar 2018 07:52
'Murahnya' Nyawa di Proyek Infrastruktur
Kecelakaan kerja (Ilustrasi/pixabay)
Jakarta, era.id - Seorang pejalan kaki, Tarminah (54) meninggal dunia setelah tertimpa potongan besi dari proyek Rusunawa di Pasar Rumput, Jakarta Selatan.  Kejadian ini menambah daftar panjang para korban yang terluka maupun meninggal akibat pembangunan infrastruktur di Ibu Kota. 

Keselamatan acap kali tidak dihiraukan para pekerja maupun kontraktor bangunan. Kejar target yang harus diselesaikan tepat waktu, kerap memberi tekanan para pekerjanya.

Belum lama ini kecelakaan proyek juga menjadi sorotan. Di antaranya, bagian konstruksi proyek tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), di depan Kampus IBN, Jalan DI Panjaitan, Jatinegara, Jakarta Timur, roboh. Tujuh pekerjanya terluka dan harus dibawa ke rumah sakit akibat tertimpa material tiang. 

Kecelakaan kerja juga terjadi dalam proyek infrastruktur LRT Jakarta yang roboh dan menimpa dua rumah warga di Kelapa Gading, pada Oktober 2017 lalu. 

Belum lagi jatuhnya pembatas beton proyek mass rapid transit (MRT) yang menimpa pengendara motor di Jalan Wijaya II, Jakarta Selatan, November 2017. 

Rentetan kecelakaan infrastruktur masih kerap terjadi di awal tahun 2018, sebut saja robohnya beton girder proyek LRT yang melukai lima orang di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Januari 2018.

Lalu, ambruknya launching girder proyek jalur kereta dwi ganda yang menewaskan empat orang pekerja di Jatinegara, Jakarta Timur, awal Februari lalu. 

Kelelahan pekerja menurut penelusuran yang dilakukan tim riset era.id menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan kerja. Apalagi, ditemukan fakta sebagian besar kejadian terjadi pada malam jelang dini hari, di antara pukul 22.00 hingga 05.00 WIB.  

Sejak tahun 2017 hingga 2018, tercatat sebelas kecelakaan proyek terjadi di seluruh Indonesia. Tujuh dari sebelas kecelakaan itu terjadi pada malam hari.

Sebelum kecelakaan proyek Tol Becakayu, kecelakaan pada waktu itu juga terjadi pada proyek pembangunan DDT di Matraman, Jakarta Timur pada Minggu (4/2/2018). Kala itu, empat pekerja tewas tertimpa crane beton proyek DDT yang ambruk. 

Kecelakaan proyek dini hari yang memakan korban jiwa juga pernah terjadi pada proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Palembang, Sumatera Selatan. Kecelakaan yang terjadi pukul 02.30 WIB itu menewaskan dua orang. 

(Infografis/era.id)

Menelusuri fenomena tersebut, tim era.id mencari tahu apa yang terjadi pada diri seseorang yang bekerja di malam hari. Berdasar riset yang tim era.id lakukan, faktor penurunan konsentrasi jadi salah satu hal yang pasti terjadi pada setiap orang yang bekerja malam hari. 

Dalam proyek pembangunan infrastruktur, seorang pekerja memang wajib siap bekerja pada siang atau malam hari, sesuai sif yang berjalan. Namun tetap saja, dari segi kesehatan, setiap orang memiliki jam-jam biologis, di mana setiap bagian organ tubuh menjalankan fungsi-fungsi tertentu pada jam-jam itu.  

Pada malam hari, fungsi otak biasanya menurun dan menggaung. Hal tersebut berdampak pada melambatnya respons otak, termasuk dalam pengambilan keputusan ataupun reaksi fisik. 

Isu keselamatan menjadi hal utama dalam pekerjaan konstruksi. Kurangnya perhatian terhadap pengawasan bagi pekerja konstruksi di malam hari harus jadi perhatian bagi seluruh pihak terkait.

(Infografis/era.id)

Rekomendasi