Presiden Soeharto terbang dari Bandara Halim Perdanakusuma. Delegasi RI tiba pukul 15.30 waktu Mesir atau pukul 19.30 WIB menginap di Sheraton Heliopolis Hotel, kamar 2006-2012. Kunjungan ini adalah yang pertama sejak Presiden Soeharto kembali dilantik lagi untuk ketujuh kalinya. Dan sejarah pada akhirnya juga mencatat, inilah kunjungan terakhir Presiden Soeharto sebelum tumbang 12 hari kemudian.
Presiden Soeharto yang ditemani Mensesneg Saadilah Mursjid dan Menlu Ali Alatas pergi meninggalkan Indonesia dengan kondisi terpuruk. Demo berujung bentrok dan jatuhnya korban, kerusuhan hingga kenaikan harga BBM serta tarif dasar listrik bikin situasi dalam negeri kacau balau. Belum lagi ditambah dengan kondisi politik yang makin panas menuntut dipercepatnya reformasi.
Presiden Soeharto menjelaskan tujuannya ke Mesir untuk memenuhi tugas negara. Dia percaya, rakyat akan lebih mementingkan bangsa dan negara dibanding kepentingan pribadi atau kelompoknya. Buat Preisden Soeharto, dalam menghadapi masa sulit seperti ini, dibutuhkan sikap pengorbanan dari masyarakat. Presiden Soeharto mengutip peribahasa Jawa: “jer basuki mawa beya”, artinya tidak ada sesuatu hal yang ingin dicapai tanpa pengorbanan. Dia berharap rakyat dapat menerima kebijakan menaikan harga BBM dan TDL.
Soeharto ke Kairo jadi lawatan terakhirnya sebagai presiden (Ayu/era.id)
Bagaimana dengan situasi dalam negeri?
ABRI makin intens memantau pergerakan mahasiswa. Pangab Jenderal TNI Wiranto mengakui pihaknya 'menanam' intel-intel di banyak kampus. Wiranto berdalih demo yang dilakukan mahasiswa saat itu sering malah berujung bentrok. Tapi kehadiran intel bukan untuk memata-matai mahasiswa.
Baca Juga: Reformasi Bersyarat ala Presiden Soeharto
"Kehadiran mereka untuk memata-matai pihak yang memanasi mahasiswa," kata Wiranto seperti ditirukan Ketua I PMII Chatibul Imam seperti dilansir dari Harian Republik, 9 Mei, 20 tahun silam. Jika ada jaminan mahasiswa tidak lagi demo di luar kampus, Wiranto akan langsung menarik seluruh intel.
Sementara itu, lebih dari 30 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung mengalami luka-luka dan harus masuk ke rumah sakit. Kerusuhan tersebut terjadi di Kampus Universitas Padjajaran, Dipatiukur, Bandung. Dilansir dari Harian Pikiran Rakyat, sekitar 20 orang terpaksa dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) RS Borromeus Bandung.