"Mereka merampas 37 pucuk senjata entah itu organik maupun militer. Senjata hasil sitaan dari aparat kepolisian lawan terorisme sebelumnya," kata Menko Polhukam Wiranto dalam jumpa pers di Mako Brimob, Depok, Kamis (10/5/2018).
Wiranto mengatakan sebanyak 156 narapidana teroris terlibat dalam penyanderaan dan pembunuhan di Mako Brimob. Seorang napi teroris tewas Rabu (9/5), dan 155 napi lainnya menguasai tiga blok rutan di Kompleks Mako Brimob.
Awalnya, hanya 145 napi teroris yang menyerah tanpa syarat setelah diultimatum, sedangkan 10 napi teroris lainnya sempat ngeyel dan melakukan penyerangan kepada aparat polri dalam operasi penyerbuan.
"145 ini mereka menyerah meninggalkan pucuk senjata. Padahal ada 37 pucuk senjata," tutur Wiranto. Bagi 10 teroris yang tidak menyerah, maka aparat melakukan serbuan yang terencana makanya tadi terdengar bunyi bom. Kemudian 10 teroris yang ada di dalam menyerah," sambung Wiranto.
Para tahanan teroris yang beraksi di Kompleks Mako Brimob sempat menguasai senjata api. Wakapolri Komjen Syafruddin menyatakan senjata yang dimiliki para napi terorisme memiliki daya jangkau yang berbahaya.
"Ada senjata panjang yang jarak tembaknya 500 meter sampai 800 meter, dan itu bisa menjangkau sampai ke jalan, karena itu situasinya sangat tidak aman," kata Syafruddin.
Baca Juga : Napi Teroris di Mako Brimob Menyerah Tanpa Syarat
Ia juga mengatakan bahwa para napi sempat melakukan perakitan bom yang diambil dari barang sitaan Densus 88.
"Ledakan itu sterilisasi. Mereka melakukan kegiatan perakitan bom, itu peledakan bom yang berhasil (diamankan)," tambahnya.
Kerusuhan di Mako Brimob terjadi sejak Selasa (8/5) malam dan pelakunya adalah naripadana terorisme. Menurut polisi, mereka berulah karena menuntut jatah makanan.