"Kelima kantong itu berisi empat jenazah," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Frans Barung Mangera, Senin (14/5/2018), di Mapolda Jatim, Surabaya.
Dia menyampaikan, empat jenazah itu merupakan pelaku yang tewas akibat bom bunuh diri. Para pelaku merupakan satu keluarga yang mengendarai dua sepeda motor dan jenazahnya dimasukkan dalam lima kantong.
Barung mengatakan, empat jenazah itu dimasukkan dalam lima kantong karena ada bagian tubuh yang rusak atau terpisah dari tubuhnya sehingga harus dimasukkan dalam kantong berbeda.
"Kantong ada lima tapi berisi empat jenazah. Karena terhambur pecah. Hanya 4 korban di 5 kantong," ungkapnya.
Barung menyampaikan, akibat ledakan bom di Mapolrestabes Surabaya, empat orang tewas dan 10 orang terluka. Dari 10 orang yang luka, empat di antaranya adalah anggota Polri, dan seorang korban merupakan anak pengebom yang selamat dan kini dirawat di RS Bhayangkara, Surabaya.
Baca Juga : Video Ledakan Bom di Mapolrestabes Surabaya
Ledakan di gerbang Mapolrestabes Surabaya terjadi pada pukul 08.50 WIB. Peristiwa terjadi selang satu hari serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya.
Pada Minggu (13/5) pagi, terjadi ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, dengan korban meninggal dunia hingga Senin pukul 15.45 WIB mencapai 18 orang. Kemudian pada Senin malam, kembali terjadi bom bunuh diri di Rusun Woonocolo, Jalan Husein Idris, Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
Pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya adalah satu keluarga, Dita Oepriarto dan Puji Kuswati yang merupakan pasangan suami istri dan melibatkan empat anaknya. Dua anak perempuan mereka, FR dan FS, masing-masing diketahui masih berusia delapan dan 12 tahun, sedangkan dua anak lelaki mereka, YF dan FH diketahui berusia 17 dan 15 tahun. Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Dita adalah pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Jawa Timur.
Baca Juga : Bom Bunuh Diri di Mapolrestabes Surabaya Mengendarai Motor
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi ledakan dan menjenguk korban pada Minggu sore. Dia mengecam aksi teror tersebut dan menyebutnya sebagai kejahatan kemanusiaan yang tidak berkaitan dengan agama apapun. Jokowi kemudian meminta Polri mengungkap dan semua yang terlibat dalam teror tersebut hingga ke akar-akarnya.