ERA.id - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo mengkritik kebijakan pemerintah terkait pengelolaan Bandara Kualanamu yang akan dipegang oleh perusahaan India.
Roy yang merupakan menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu mengatakan pada tahun 2014, Indonesia bangga dengan bandara paling modern tersebut.
Bahkan, kata dia, Bandara Kualanamu bersaing dengan Bandara Changi di Singapura.
Namun, saat ini pemerintah dengan mudahnya memberikan pengelolaan ke India.
"Tetapi kini dengan entengnya "dijual" 25 tahu ke India, Belum besok Bandara lainnya (Kertajati & Purbalingga)?" kata Roy Suryo pada Jumat (26/11/2021).
"Anak cucu kita dapat apa? Malu, Mangkrak, Meroket (Hutangnya)
AMBYAR," tambah Roy melalui akun resmi Twitternya @KRMTRoySuryo2.
Sebelumnya, PT Angkasa Pura II melepas kepemilikan saham Bandara Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara, sebesar 49 persen kepada perusahaan asal India bernama GMR Airport Internasional.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga dalam pernyataan tertulisnya Jumat (25/11/2021), menyebutkan negara tetap untung dari aksi yang dilakukan oleh anak usaha PT Angkasa Pura II tersebut.
"Angkasa Pura II mendapatkan dua keuntungan, yaitu dana sebesar Rp1,58 triliun dari GMR serta ada pembangunan dan pengembangan Kualanamu sebesar Rp56 triliun dengan tahap pertama sebesar Rp3 triliun," ujarnya.
Arya mengatakan aksi melepas 49 persen saham itu membuat perseroan tidak perlu mengeluarkan uang sebesar Rp58 triliun untuk pengembangan Bandara Kualanamu, karena proyek pembangunan bandara justru ditanggung oleh mitra.
Menurutnya, dana sebesar Rp1,58 triliun bisa dipakai oleh Angkasa Pura II untuk pengembangan dan pembangunan bandara baru di Indonesia.
"Ini namanya memberdayakan aset tanpa kehilangan aset, bahkan asetnya membesar berkali-kali lipat," jelasnya.
Angkasa Pura II dengan GMR membentuk perusahaan patungan bernama PT Angkasa Pura Aviasi untuk mengelola dan mengenal Bandara Internasional Kualanamu.
Angkasa Pura II sebagai pemegang saham mayoritas dengan menguasai 51 saham di Angkasa Pura Aviasi, sedangkan GMR memegang 49 persen saham.
Kerja sama ini akan mengelola Kualanamu selama 25 tahun dan semua biaya pembangunan ditanggung dengan sistem build of take (BOT). Setelah 25 tahun, aset itu akan dikembalikan kepada Angkasa Pura II.
"Jadi aset tersebut tetap milik Angkasa Pura II bukan dijual asetnya, jadi keliru kalau mengatakan terjadi penjualan aset," pungkas Arya.