Panitia MTQ Sumut Diketuai Sebastian Tinambunan yang Katolik

| 27 Nov 2017 21:19
Panitia MTQ Sumut Diketuai Sebastian Tinambunan yang Katolik
(pixabay)
Jakarta, era.id - Kebhinekaan nusantara terasa kental di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Sebastian Tinambunan yang pemeluk Katolik ditunjuk menjadi ketua panitia Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-36 Tingkat Provinsi Sumatera Utara.

Semua pemuka agama di Kabupaten Dairi ingin membantunya. Kepercayaan itu yang membuat Sebastian yakin menerima penghormatan untuk menjadi ketua perhelatan akbar membaca Alquran di Desa Bintang, Kabupaten Dairi. Pria 58 tahun itu mengaku tidak bisa tidur nyenyak setelah mendapat mandat tersebut. Dia terus belajar mengenal rohani islam dan makna Tilawatil Quran dari berbagai literatur. 

Sebastian menyebut kepercayaan luar biasa yang diberikan kepadanya itu menunjukkan ciri daerah yang sangat toleran. Lomba MTQ ke-36 Tingkat Provinsi Sumut, dilaksanakan mulai 22 November hingga 30 November 2017. Lomba membaca Alquran itu menghadirkan qori dan qoriah dari 33 Kabupaten dan Kota.

Sebastian, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Dairi itu dikenal sebagai mantan aktivis dan alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Santo Bonaventura Cabang Medan. 

Beberapa bulan lalu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj menjabarkan tentang semangat nasionalisme saat berkunjung ke belahan Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Di hadapan Said Aqil turut hadir sejumlah pemuka agama; Uskup Agung Medan Mgr. DR. Anicetus Bongsu Sinaga, OFCap, Pendeta Buddha Rudi Harjonto, dan Ephorus Gereja GKPS Pendeta Martin Rumanja Purba.

Said Aqil bertutur tentang  pendiri NU, KH Hasyim Ashari, kakeknya Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) tahun 1914 yang sudah memiliki pandangan sangat jauh mensinergikan antara nasionalisme dan Islam. Mensinergikan nilai-nilai agama dengan semangat nasionalisme.

Jauh sebelum NKRI lahir, kala itu KH Hasyim Ashari sudah menebar jargon hubbul wathan minal iman.

“Nasionalisme adalah bagian dari iman kepada Tuhan, kalau ada orang yang tidak memiliki sikap nasionalis, imannya kita ragukan,” kata Said Aqil.

Di awal kemerdekaan, perjuangan NU membawa pemikiran KH Hasyim Ashari yang lebih mendahulukan tanah air ketimbang mendirikan agama. Prinsip nasionalisme itu bagian dari agama. 

“Yang penting merdeka dulu, kita kuat dulu. Kalau tanah air tenang, solid, nyaman, kita bisa bangun masjid, bangun, pesantren, majelis taklim, dan madrasah,” tutur Said Aqil.

Paparan semangat nasionalisme dari seorang tokoh ulama besar KH. Said Aqil mendapat tanggapan positif dari para pemuka ulama. Uskup Agung Medan Mgr. DR. Anicetus Bongsu Sinaga dan Pendeta Buddha Rudi Harjonto berharap, agama dan Pancasila bersatu padu untuk kedamaian dan kesejahteraaan bangsa Indonesia.

“Mari kita terima perbedaaan sebagai suatu hal yang indah dan membawa kebersamaan dengan Pancasila dasar negara,” ujar mereka serempak.

Tags :
Rekomendasi