Untuk apa pemerintah sampai perlu capek-capek memelototi akun-akun ini? Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menjelaskan, tujuannya untuk mencegah radikalisme di kampus. Bukan apa-apa, Badan Nasional Penanggulan Teroris (BNPT) mengatakan, hampir semua perguruan tinggi negeri (PTN) sudah terpapar paham radikalisme. Tapi kadar keberadaannya yang memang berbeda-beda.
Ini kata BNPT yah, kampus yang sudah terdeteksi terkena virus radikalisme meliputi Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB).
"Kami melakukan pendataan, baik pada dosen maupun mahasiswa. Nomor telepon seluler dosen kami catat begitu juga dengan media sosial mahasiswa akan didata. Kami akan catat semua," kata Nasir seperti dilansir Antara, Senin (4/6/2018).
Kamu boleh saja merasa gerah dengan kegiatan 'pengawasan' ini. Namun Nasir sekali lagi menegaskan, kalau dia cuma mau mencegah berkembangnya radikalisme di kampus. Malah dia membantah kalau kegiatan ini diangggap menggangu kerahasiaan mahasiswa. Lagipula, bukannya semua orang juga bisa memantau akun kita yah.
Kata Nasir, apa yang terjadi di Universitas Riau (UNRI) harus membuka mata. Kalau paham radikalisme yang sudah menyebar ke kampus itu bukanlah isapan jempol belaka, tapi sudah nyata. Malah siapa tahu bisa saja ini juga terjadi di kampus yang lain.
Bayangkan, Densus 88 sudah menangkap 3 terduga teroris di kampus itu. Mereka memang bukan mahasiswa. Tapi aktivitasnya wajib bikin ngeper siapapun. Mereka merakit bom dengan santai dan siap menyerang DPRD maupun DPR. Hasil penggeledahan Densus 88, ditemukan bahan peledak jenis TATP, pedang, panah, senapan angin sampai buku-buku tentang cara merakit bom, dan video ISIS.
Soal penegak hukum yang masuk wilayah kampus sambil menenteng senjata, Nasir punya jawaban. "Mau laras panjang atau pendek, jika mengganggu keamanan, kami persilakan," kata dia sambil meminta rektor-rektor universitas memasang mata untuk mengawasi kegiatan di kampus.