Jakarta, era.id - Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais kembali berulah. Sekarang, dia bawa nama Tuhan dalam sikap politisnya. Ia tak segan menyebut Tuhan malu kalau tak kabulkan doa rakyat Indonesia untuk ganti presiden di tahun 2019.
Namun bukannya meraih dukungan positif, ujaran Amien Rais justru menuai polemik bahkan reaksi buruk. Hal ini disampaikan oleh Pengamat Politik dari Universitas Mercu Buana Jakarta, Maksimus Ramses Lalongkoe.
"Dari analisis dan riset sederhana saya, kalau dilihat dari komentar publik soal pemberitaan Amien Rais, hampir 90 persen memberikan komentar negatif. Artinya, ini memberikan dampak negatif bagi Amien sendiri dengan pernyataan yang menurut saya tidak memberikan edukasi pada masyarakat Indonesia," kata Maksimus kepada era.id, Minggu (10/6/2018).
Bahkan, Maksimus menyarankan agar mantan Ketua MPR RI ini untuk berpikir secara jernih dan rasional serta segera mengambil sikap layaknya negarawan yang seharusnya mampu menjadi penengah dalam sebuah konflik yang ada di negara ini. Sebab, Maksimus menilai sulit mencari sosok negarawan belakangan ini.
(Ilustrasi/era.id)
"Saya sarankan, ya sudahlah Amien Rais. Kan seperti itu. Saya kira dia sudah pernah mendapatkan posisi sebagai Ketua MPR. Lagipula, apa sih yang dia buat untuk negara ini? Enggak ada juga kan?" ungkap Maksimus.
Justru dengan semakin menua, Maksimus menilai sudah saatnya Amien Rais menjadi penengah bila terjadi konflik di tengah masyarakat. Bukan malah menjadi bagian dari konflik tersebut dan membawa Tuhan menjadi sebuah konflik dalam sebuah konstestasi politik.
"Dalam pertarungan Pilpres itu yang diutamakan adalah soal gagasan, konsep bukan kita membicarakan soal dukungan Tuhan yang menurut saya di luar akal sehat," ujarnya.
Baca Juga : Mbah Amien Sudah Sepuh, Jangan Perkeruh Situasi
Pendapat yang sama dilontarkan Bendahara Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Nasyirul Falah Amru (Gus Fakah). Ia menilai, kritik Amien lebih sering beraroma kebencian dan dapat berpotensi memecah belah ketimbang positif.
Mbah Amien itu sampun sepuh, kalau kritis boleh tapi bikinlah kritik yang membangun, kritik yang tetap adem," kata Gus Falah kepada wartawan, Minggu (10/6/2018).
Gus Falah mengatakan, kebanyakan kritik Amien dilontarkan tanpa dasar data dan bukan untuk kepentingan rakyat melainkan kepentingan politik.
Dia mencontohkan, misalnya, saat Amien menyebut Presiden Jokowi berbohong memberikan sertifikat tanah di Yogyakarta. Padahal, masyarakat sudah sangat senang ketika menerima sertifikat yang sudah mereka nantikan sejak lama.
Baca Juga : Amien Rais Diminta Jaga Ketokohannya
Gus Falah juga menilai Amien Rais aneh ketika meminta warga korban gusuran di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara berdoa agar di tahun 2019 terjadi pergantian presiden. Doa ini dianggapnya keliru. Sebab, seharusnya doa dipanjatkan untuk kebaikan bangsa.
"Berdoa itu harusnya yang positif, yang baik-baik," ungkap Sekretaris Baitul Muslimin Indonesia tersebut.
"Jadi siapa yang meludahi langit pasti akan kembali terpercik ke muka sendiri. Siapa yang berdoa baik akan kembali baik pada dirinya. Sebaliknya pun begitu," imbuhnya.
Gus Falah menyampaikan, Amien punya kepentingan politik memenangkan jagoannya di Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Termasuk salah satu calon yang didukung Amien Rais pada Pilkada Jawa Timur 2018 yaitu Khofifah Indar Parawansah. Sementara untuk Pemilu 2019, Amien merapat ke kubu Prabowo Subianto yang merupakan calon presiden dari Partai Gerindra.
"Kami tahu Mbah Amien di belakang Khofifah. Sudahlah, sebagai orang sepuh sebaiknya berbuat baik dan menyampaikan yang adem-adem saja," kata Gus Falah.