Jejak Rekam Kampung Betawi Setu Babakan

| 21 Jun 2018 11:21
Jejak Rekam Kampung Betawi Setu Babakan
Ilustrasi (Leo/era.id)
Jakarta, era.id - Mengapa Kampung Betawi harus di Setu Babakan, Srengseng Sawah? Pertanyaan ini mungkin ada di benak kita semua. Terlebih jika kita warga asli Jakarta. 

Tata Usaha Unit Pengelola Kawasan (UPK) Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan, Syaiful Amri mengungkapkan, awal mula muncul wacana pembangunan Kampung Betawi tercetus pada tahun 70-an.

Saat itu, keberadaan Kampung Betawi dinilai penting untuk menjaga kelestarian budaya Betawi. Awalnya pembangunan tersebut akan dilakukan di kawasan Condet, Jakarta Timur.

"Tahun 70-an awalnya mau dibangun di Condet namun karena padat dan sudah ramai dan urban banget, makanya dibatalkan," kata Syaiful kepada era.id, Rabu (20/6/2018).

Gagal dibangun di Condet, wacana tersebut kembali disuarakan pada 2000, saat Jakarta dipimpin oleh Sutiyoso. Kata Syaiful, saat itu muncul beberapa opsi letak dibangunnya Kampung Betawi. Di antaranya di Condet, Marunda, Kemayoran dan Setu Babakan.

Setu Babakan (Leo/era.id)

Saat itu diskusi berlangsung cukup alot karena banyak hal yang diperdebatkan, salah satunya perihal keasrian lingkungan dan keaslian warga yang tinggal di sana. Pemda DKI ingin Kampung Betawi dibangun di kawasan yang warganya mayoritas berasal dari Jakarta atau Betawi.

"Berbagai diskusi dan perdebatan akhirnya dipilih Setu Babakan, karena 90 persen warga masih asli Betawi. Kedua, suasananya sangat asri," imbuh Syaiful.

"Dibandingkan Marunda sangat panas dan di Kemayoran dan Condet sudah urban, akhirnya disepakati di Setu Babakan," tambahnya.

Syaiful menerangkan, setelah disepakati lokasinya, pada 2002 dimulailah pembangunan Kampung Betawi. Kala itu, pengelola kawasan budaya Betawi masih dipegang oleh masyarakat sekitar, hingga pada 2015 barulah dibangun Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) yang memiliki tugas melestarikan budaya Betawi.

Pada awal pembangunan, wajah Setu Babakan tidak seperti sekarang. Benar, saat itu memang sudah ada danau. Tapi tidak besar. Alhasil dibuatlah danau buatan dan diperluas.

Luas Setu Babakan secara keseluruhan adalah 289 hektar yang dibagi menjadi dua zona; zona statis dan dinamis. Zona statis adalah zona yang 30 persen atau 86,7 hektar di antaranya sudah dimiliki oleh Pemda DKI, sedangkan zona dinamis--70 persen atau sekitar 222 hektarnya--masih dimiliki warga sekitar. 

Setu Babakan (Leo/era.id)

"Dari 30 persen punya Disparbud baru 8 hektar, selebihnya punya berbagai SKPD. Ada tata air, pertamanan, jasa marga. Zona A punya disparbud. Ada museum, ada ampli teater dan rumah adat betawi," tutur Syaiful.

Dengan luas keselurahan lahan tersebut, Setu Babakan akan direnovasi, dalam masterplan yang sudah dimiliki oleh UPK PBB, Syaiful menerangkan rencananya kawasan Setu Babakan akan dibagi menjadi empat zona yang menggambarkan Betawi banget.

Zona A adalah lahan untuk kantor UPK dan Wisma, di situ juga ada panggung kesenian dan museum. Zona B, dekat Embrio akan dibangun tempat kuliner, yang sekarang terdapat banyak pedagang liar. Ke depannya para pedagang tersebut akan ditata.

Adapun Zona C, di tengah danau mau dibuat pulau yang isinya replika budaya Betawi tempo dulu. Zona ini merupakan zona yang akan pertama kali dibangun. Saat ini pihak UPK hanya tinggal menunggu pemenang lelang.

"Itu kan Betawi dibagi tiga kategori; Betawi pesisir, Betawi tengah dan Betawi pinggir. Nanti di sana kita bisa liat replika rumah masing-masing Betawi dan adatnya seperti apa. Bedanya banyak, kayka bahasa Jawa, ada alus dan kasar. Ada pengaruh Arab, ada pengaruh China ada pengaruh Sunda," imbuhya.

Suasana di Setu babakan (Leo/era.id)

Terakhir, ada juga zona pengembangan, dekat zona A, di mana di tempat ini nantinya akan dibangun SMK budaya Betawi sebagai bentuk regenerasi budaya Betawi.

"Masterplan sudah ada, step by step, tahun ini replika budaya akan dibangun, SMK untuk regenarasi budaya dibangun semoga bisa dibangun tahun depan," ujar Syaiful.

Syaiful melihat saat ini budaya Betawi, kian tersingkirkan oleh modernisasi, oleh sebab itu UPK PBB dibentuk untuk menyelamatkan budaya Betawi dengan tupoksi melestarikan, mengembangkan dan memunculkan kembali budaya Betawi yang hampir hilang.

Syaiful juga meminta kepada sejumlah pemangku kepentingan dan masyarakat turut membangun pembangunan Setu Babakan.

"Pelaku budaya, masyarakat dan pemerintah, tiga elemen ini saling berhubungan kalau tidak mendukung maka seni budaya tinggal menunggu kehancuran," tuturnya.

Berdasarkan data dari UPK PBB, selama libur Lebaran ini, terhitung dari 17-19 Juni tercatat 18.001 pengunjung telah menyambangi Setu Babakan.

Mereka yang datang berasal dari berbagai daerah bukan hanya warga Jakarta. Bahkan, ada juga turis asing berjumlah 10 orang yang datang di periode tersebut.

Baca Juga : Wisatawan Asal Bogor Tenggelam di Laut Sukabumi

Rekomendasi