Memahami Makna Upacara Siraman Adat Jawa dalam Pernikahan
ERA.id - Pernikahan adat Jawa memiliki banyak rangkaian prosesi yang sarat makna, salah satunya siraman. Makna upacara siraman adat Jawa berkaitan dengan kebersihan mempelai.
Upacara siraman dilakukan sebelum melaksanakan ijab kabul. Terkadang yang melakukan siraman adalah calon pengantin wanita. Namun, calon pengantin pria juga bisa mengikuti upacara ini.
Air yang digunakan untuk upacara siraman adalah air yang telah dicampur dengan bunga tertentu. Air yang digunakan untuk siraman juga biasanya berasal dari tujuh mata air yang berbeda.
Memahami Makna Upacara Siraman Adat Jawa
Siraman berasal dari bahasa Jawa siram yang berarti ‘mandi’. Pemaknaan lain dari siraman adalah mengguyur. Secara istilah, siraman adalah proses memandikan atau mengguyur calon pengantin dengan air tertentu sebelum ijab kabul.
Upacara siraman dimaknai sebagai simbol pembersihan fisik dan jiwa kedua mempelai sebelum nantinya resmi menjadi pasangan suami istri dan menjalani kehidupan rumah tangga.
Manusia terdiri dari jiwa dan raga. Kebersihan yang harus dicapai bukan hanya raga atau fisik, tetapi juga jiwanya. Dengan demikian, kedua mempelai akan memulai kehidupan baru (rumah tangga) dalam keadaan yang benar-benar bersih.
Tujuan Upacara Siraman dalam Pernikahan Adat Jawa
Dikutip Era dari Kompas, upacara siraman dilaksanakan sebelum akad nikah atau ijab kabul. Umumnya, upacara ini dilaksanakan pukul 10.00 atau pukul 15.00. Penentuan waktu siraman tidak dilakukan secara sembarangan.
Pukul 10.00 dan pukul 15.00 dipercaya sebagai waktu bidadari turun ke sungai untuk mandi. Oleh sebab itu, jika melakukan upacara siraman pada waktu-waktu tersebut, calon pengantin wanita diharapkan menjadi sangat cantik layaknya bidadari.
Tujuan dari upacara siraman tidak hanya berkaitan dengan kecantikan. Upacara siraman menjadi simbol pengharapan berkah dan rahmat Tuhan agar kedua mempelai dibersihkan dari segala keburukan.
Upacara siraman juga menjadi bentuk harapan agar kedua mempelai mendapatkan tuntunan ketika menjalani kehidupan rumah tangga. Upacara ini juga menjadi simbol bahwa pengantin bertekad berperilaku dan bertutur kata yang bersih.
Tata Cara Upacara Siraman
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan upacara siraman. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan air yang dicampur dengan kembang setaman. Seperti telah disebutkan di atas, biasanya air yang digunakan berasal dari 7 mata air yang berbeda.
Setelah calon pengantin mengenakan busana khusus untuk melakukan siraman, kedua orang tua akan menjemput calon pengantin di kamar. Calon pengantin dituntun menuju ke tempat siraman dengan diiringi sanak saudara.
Setelah calon pengantin siap di lokasi siraman, acara diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh masyarakat. Setelah berdoa, siraman dimulai.
Orang pertama yang mengguyurkan air adalah ayah dari pengantin, dilanjutkan oleh ibunya, kemudian oleh orang-orang yang dituakan. Pihak terakhir yang menyiram pengantin biasanya juru rias atau sesepuh yang telah disepakati.
Pada siraman terakhir, calon pengantin dikeramasi dengan beberapa ubarampe. Tubuh calon pengantin juga akan diluluri dengan konyoh, lalu disiram lagi menggunakan air. Setelah itu, doa bersama dilakukan. Upacara siraman ditutup dengan penyiraman menggunakan air kendi yang telah disiapkan.
Itulah makna upacara siraman adat Jawa dan hal-hal penting terkait pelaksanannya. Siraman bukan kegiatan wajib dalam pernikahan, tetapi pasangan yang menggunakan adat Jawa terkadang tetap melaksanakannya.