Bandingkan FPI dengan NU dan Muhammadiyah, Pandji Diserang Warganet
ERA.id - Aktor dan komedian, Pandji Pragiwaksono membandingkan kerja-kerja Front Pembela Islam (FPI) dengan dua ormas Islam besar dan tua di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) serta Muhammadiyah.
Dalam sebuah konten video di YouTube, Pandji mengawali materinya dengan menilai langkah pemerintah membubarkan FPI bukanlah langkah yang tepat.
Alasannya, para simpatisan FPI akan muncul lagi, dengan bentukan ormas yang berbeda. “Ngebubarin itu percuma, karena nanti akan ada yang lain lagi, Front Pejuang Islam atau lainnya. Ngebubarin percuma kaya nutup situs bokep, entar juga kebuka lagi ga ada hujungnya gitu,” ujar Pandji ketika berdiskusi secara virtual dengan dua mantan anggota FPI, seperti dilansir dari chanel YouTubenya, Rabu (20/1/2021) kemarin.
Kata Pandji lagi, di masyarakat ada banyak para simpatisan FPI, apalagi di kalangan bawah. Semua itu dianggapnya merupakan buah dari FPI yang selalu ada ketika masyarakat kalangan bawah meminta bantuan.
Dari mana ia menilai hal tersebut? Ternyata ia cuma mendengar pendapat dari Sosiolog Thamrin Amal Tomagola. “FPI itu dekat dengan masyarakat. ini gue dengar dari Pak Thamrin Tomagola, dulu tahun 2012, kalau misalnya ada anak mau masuk di sebuah sekolah, kemudian ga bisa masuk, itu biasanya orang tuanya datangi FPI minta surat. Dibikinin surat ke FPI, dibawa ke sekolah, itu anak bisa masuk, terlepas dari isi surat itu menakutkan atau tidak, tapi nolong warga gitu,” ujar Pandji.
Pandji melanjutkan, FPI terkenal dan disukai di masyarakat kalangan bawah, ketika para elite Nahdaul Ulama (NU) dan Muhammadiyah jauh dari masyarakat.
“FPI itu hadir gara-gara dua ormas besar Islam (NU dan Muhamamdiya) jauh dari rakyat. Mereka elite-elite politik. Sementara FPI itu dekat. Kalau ada yang sakit, ada warga yang sakit mau berobat, ga punya duit, ke FPI, kadang-kadang FPI ngasih duit, kadang FPI ngasih surat. suratnya dibawa ke dokter jadi diterima,” ungkap Pandji.
Pandji menyitir kata Tamrin Tomagola lagi, bahwa pintu ulama-ulama dari kalangan FPI selalu terbuka untuk membantu masyarakat yang sedang kesusahan. Sementara NU dan Muhammadiyah, terlalu elitis, sehingga masyarakat enggan untuk mendekat.
“Kata Pak Tamrin Tomagola, pintu rumahnya ulama-ulama FPI kebuka untuk warga, jadi orang kalau mau datang bisa. Nah, yang NU dan Muhammadiyah yang terlalu tinggi dan elitis, warga tuh ngga ke situ, warga justru ke FPI. Makanya mereka pada pro FPI, karena FPI ada ketika mereka butuhkan,” ungkap pria 41 tahun ini.
Akhirnya ia memberi masukan kepada pemerintah, jika pemerintah tidak mau melihat FPI eksis, maka harus menyelesaikan masalah sosial lingkungan.
“Makanya gue bilang, bubarin FPI itu gampang, tapi ga menyelesaikan masalahanya karena FPI menyediakan bantuan ketika rakyat lagi butuh. Selama elu ga kasi bantuan ketika rakyat lagi butuh, maka rakyat akan cari ormas lain untuk dapat bantuan,” ucap Pandji.
“Jadi kalau lu ga mau ormas itu tambah gede, tambah kekuatan, ya elu harus bisa menyelesaikan masalah sosial di lingkungan elu. Karena ketidakkepedulian lu terkait pemasalahan sosial, akan berbalik dalam bentuk pemaslahan sosial lagi,” katanya lagi.
“Yang gampang adalah bubarin ormas, yang susah adalah peduli sama masyarakat sekitar,” tutup Pandji.
Setelah itu, komentar ini lalu viral di media sosial. Banyak yang menganggap bahwa Pandji salah mengira kalau NU dan Muhammadiyah tidak dekat dengan masyarakat. Banyak pula yang menghujatnya. Tapi, di samping itu, ada juga warganet yang mengimbau kalau harus melihat videonya secara penuh untuk menyimak pembicaraan Pandji.