Kata 'Merajalela' Ternyata Berasal dari Nama Bangsawan Malaysia Berketurunan Bugis

| 27 Oct 2021 11:15
Kata 'Merajalela' Ternyata Berasal dari Nama Bangsawan Malaysia Berketurunan Bugis
Sketsa Lela Pandak Lam atau Dato' Maharaja Lela

ERA.id - Kata 'merajalela' sudah tak asing kita dengarkan, baik dalam perbincangan dan dibaca dalam sebuah tulisan, yang tak cuma di artikel ini.

Namun siapa sangka, banyak yang tak tahu kalau sejarah kata 'merajalela' itu unik. Ia diambil dari nama bangsawan Bugis yang besar di Negeri Jiran, Malaysia. Ini bukan isapan jempol belaka, percayalah.

Ada tulisan menarik dari Gustaf Kusno usai memeriksa kamus kuno ‘A Dictionary of Sunda Language of Java’ karangan Jonathan Rigg yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia.

Di sana, ia mendapatkan kata 'lela', didefinisikan sebagai ‘pleased, content, satisfied’ (senang, puas).

Sampai di situ saja? Tidak. Pencariannya lalu bergerak ke 'rajalela' yang belakangan diketahui berasal dari julukan 'maharaja lela', yang didefinisikan sebagai 'gelar kepala rumah tangga pada bangsawan Melayu'.

Di Malaysia sendiri, dalam budaya Melayu, 'bermaharaja-lela' diartikan sok kuasa, seperti sikap maharaja-lela yang berpangkat 'rendah', namun kuasanya besar dalam mengatur urusan rumah tangga sang bangsawan.

Maharaja Lela tak cuma diserap ke bahasa Indonesia, sapaan itu juga dijadikan nama jalan raya dan nama stasiun di Malaysia.

Namun kata dalam bahasa bergerak dinamis. Artinya bisa saja berubah-ubah. Maharaja lela lalu terdeviasi maknanya menjadi 'merebak tanpa dapat dikendalikan lagi'. Di KBBI sendiri, merajalela diartikan sebagai berbuat sewenang-wenang; melakukan sesuatu dengan sesuka hati.

Dato' Maharaja Lela

Dalam sejarah Malaysia, ada satu tokoh pemberani bernama Dato' Lela Pandak Lam. Beliau merupakan pembesar/bangsawan Negara Perak keturunan bangsawan Bugis.

Dato' Lela adalah keturunan dari Daeng Selili (Selili diperkirakan berasal dari sebuah daerah di Samarinda, Kalimantan Timur sekarang), pelaut Bugis dari Luwu (sekarang Sulawesi Selatan) yang suka berkelana mengarungi lautan, hingga akhirnya menetap di Perak.

Saat melawan Inggris, Dato' Pandak Lam dikenal pemberani dan cerdik. Spritualnya juga tinggi, sehingga oleh Sultan Muzaffar Shah III dilantik sebagai mufti Perak dan diberi gelar "Dato' Maharaja Lela".

Saat dilantik jadi mufti, Dato' Lela dengan kuasanya sebagai mufti, berhak memutus suatu perkara tanpa bertanya/meminta pendapat Sultan, termasuk menjatuhkan hukuman mati.

Hingga kini, gelar Toh Seri Maharaja Lela masih dipakai oleh salah seorang orang besar enam belas negeri Perak.

Mengikut tradisi, peranan Dato' Maharaja Lela adalah untuk melaksanakan hukuman seperti arahan atau atas perintah Sultan Perak.

Sampai kini, masyarakat Melayu Malaysia memandang Dato' Maharaja Lela sebagai tokoh pejuang yang menentang penjajahan bangsa asing, walau belakangan terjadi perdebatan di dalamnya.

Rekomendasi