Lagi, Putri Keraton Kasunanan Surakarta Dilarang Bertemu Ayahnya

| 03 Aug 2022 19:26
Lagi, Putri Keraton Kasunanan Surakarta Dilarang Bertemu Ayahnya
Screenshot Instagram kasunananmangkunagaran

ERA.id - Kejadian putri keraton Kasunanan Surakarta yang tidak bisa bertemu ayahnya Raja Keraton Kasunanan Surakarta, kembali terulang. Kali ini GRAy Devi Lelyana Dewi yang tidak bisa masuk untuk mengikuti upacara adat Malam 1 Sura pada Jumat (29/7/2022) lalu.

GRAy Devi bersama dengan adiknya GRAy Dewi Ratih Widyasari berencana mengikuti upacara adat Malam Satu Sura di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sayangnya mereka tidak diperbolehkan memasuki lingkungan keraton oleh para abdi dalem.

Peristiwa ini terekam dan viral di salah satu sosial media (sosmed) Instagram melalui akun @kasunananmangkunagaran. Dalam video ini GRAy Devi dihalangi petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk Ndalem Sasana Putra yang merupakan tempat tinggal Raja Pakububuwono XIII.

GRAy Devi Lelyana Dewi merupakan putri kedua dari pernikahan Sinuhun Pakubuwono XIII dengan KRAy Nuk Kusumaningsih. Dari pernikahannya itu, ada tiga orang putri, pertama GKR Timur Rumbai, GRAy Devi dan terakhir GRAy Dewi Ratih Widyasari. Kini mereka bertiga hidup di luar tembok keraton. Untuk GRAy Devi dan GRAy menetap di Jakarta bersama ibundanya. Sementara GKR Timur Rumbai berada di Solo.

Terkait kejadian tersebut, GRAy Devi membenarkan kejadian tersebut. Saat dihubungi via telepon, ia menjelaskan jika awalnya dia hanya ingin mengikuti kegiatan Malam Satu Suro. Mengingat dirinya sudah jarang bertemu dengan ayahnya.

"Memang saya ingin bertemu, selain karena Malam Satu Suro, saya juga ingin sungkem dan silaturahmi dengan Sinuhun karena sudah lama tidak bertemu. Dan memang dulu saat Sinuhun belum ada konflik semacam itu, saya selalu datang," katanya.

Karena momen Malam Satu Suro inilah ia mencoba untuk bertemu dengan ayahnya. Sebab di momen-momen lainnya, Devy merasa kesulitan untuk bertemu dengan ayahnya.

"Makanya siapa tahu kalau Malam Satu Suro saya bisa masuk. Apalagi saya sebagai putri dalem (anak perempuan raja) wajib datang di upacara keraton. Jadi saya melihat kenapa tidak boleh datang gitu lho, karena saya lihat event Malam Satu Suro ini," katanya.

Ia mencoba masuk melalui beberapa pintu, pertama yakni melalui pintu Talang Paten, namun gagal. "Awalnya saya bisa masuk dari Talang Paten. Tapi karena ketahuan oleh penjaga, saya dipaksa keluar," ucapnya.

Kemudian ia mencoba melalui pintu Sasana Putra, sayangnya dari pintu juga tidak bisa. Kemudian ia juga mencoba lewat pintu Kori Kamandungan. Sayangnya dari pintu inipun dia tidak bisa masuk. GRAy Devi yang datang bersamaan dengan kerabat keraton, justru kerabat keraton ini yang diperkenankan masuk.

Di Kori Kamandungan inilah kemudian salah satu abdi dalem keluar membacakan Nawala atau titah raja. Dalam Nawala ini berisikan bahwa dirinya tidak diperkenankan memasuki lingkungan keraton dan bertemu dengan raja hingga batas yang ditentukan.

"Saya sempat berikeras untuk masuk. Saya mau lihat seperti apa, tapi setelah satu jam lebih saya menunggu, tetap tidak boleh masuk. Saya lemas, mau pingsan karena tahan emosi dan capek," katanya.

GRAy Devi kemudian menceritakan pertemuan terakhirnya dengan ayahnya, sekitar dua tahun lalu. Dalam pertemuan ini ayahnya meminta dirinya untuk pulang.

"Dulu pas meninggalnya Gusti Galuh (adik raja), beliau memeluk saya dan tanya kapan saya pulang ke keraton. Dulu bahkan saat beliau jumeneng, kami diminta untuk pulang dan ikut menjalankan keraton," ucapnya.

Di sinilah GRAy Devi merasa terkejut, sebab saat dirinya ingin bertemu sang Ayah, justru dirinya mendapat Nawala.

"Lha saya salah apa wong mau ketemu bapak sendiri masa dijatuhi nawolo," katanya.

Sementara itu ditambahkan oleh GKR Timur Rumbai, ia menyayangkan peristiwa ini. Bahkan ia mengatakan bahwa hubungan PB XIII dengan GRAy Devi sangatlah dekat.

"Bahkan dulu saya kakaknya, sempat merasa cemburu karena dia memang kesayangan Sinuhun," katanya.

Sebagai informasi sejak tahun 2006, GRAy Devi dan GRAy Ratih menetap di Jakarta bersama ibundanya. Sementara GKR Timur selama ini menetap di Solo namun berada di luar keraton.

Rekomendasi