Viral Dua Bocah Dirantai Orang Tuanya di Bali, Bupati Tabanan: Anak Tak Patut Diperlakukan Kasar

| 26 Oct 2022 15:08
Viral Dua Bocah Dirantai Orang Tuanya di Bali, Bupati Tabanan: Anak Tak Patut Diperlakukan Kasar
Ilustrasi anak menangis (Pixabay)

ERA.id - Ada dua anak dibawah umur di Tabanan, Bali, dirantai orang tuanya. Info ini pun viral dan membuat Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya turun tangan.

Adapun orang tua korban kini sudah ditahan di  Polres Tabanan, Selasa (25/10/2022). "Saya minta agar semua orang tua tidak melakukan kekerasan pada anak. Tadi, saya  melihat anaknya secara langsung, anak berumur 6 tahun yang sempat dirantai, sama adiknya umur 3 tahun," ujar Sanjaya.

Bupati Sanjaya sangat menyayangkan tindak kekerasan yang terjadi di wilayah Tabanan itu. Bupati memercayakan penyelesaian kasus ini kepada Kapolres Tabanan dan jajaran.

Sanjaya berpesan sebandel-bandelnya anak, mereka merupakan buah hati yang tidak patut diperlakukan secara kasar serta mengimbau masyarakat agar jangan sampai melakukan kekerasan atau perlakuan yang tidak baik terhadap anak.

"Ini perlu juga menjadi atensi buat kita di Tabanan maka melalui dinas sosial, camat, perbekel, ayo sama-sama menjadikan kejadian ini sebuah pembelajaran yang berharga buat kita. Mudah-mudahan tidak menyebar dan jangan pernah memberikan perlakuan yang tidak baik kepada Anak. Mari kita sama-sama stop kekerasan pada anak," kata Sanjaya.

Sementara itu, Kadis Sosial P3A I Gede Gunawan menambahkan Pemkab Tabanan melalui dinas sosial P3A telah berkolaborasi dengan pihak Polres Tabanan dalam penyediaan rumah singgah sementara kepada anak-anak yang menjadi korban, yang didampingi oleh konselor dari dinas Sosial.

Kronologi

Sebelumnya, pria bernama Sunardi Wahyu Putra (60), warga Banjar Pasekan Belodan, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali, pertama kali tahu kalau ada dua bocah yang dirantai dalam rumahnya.

Awalnya, pada Sabtu (22/10/2022) malam, sang kakak berteriak minta tolong, sedangkan adiknya menangis. Dua anak itu adalah buah hati Dita Widyastuti.

"Sabtu itu, saya sekeluarga mau undangan. Mau hadiri acara Maulid. Tapi habis Maghrib saya nggak ada kepingin keluar. Saya nggak enak badan. Tapi istri saya bilang, nggak enak jadi panitia, tapi tidak hadir," tuturnya.

Akhirnya, dia ke lokasi acara. Baru sampai gerbang rumahnya, ternyata lampu rumah tempat si anak dirantai, padam tiba-tiba. "Setelah itu (anak) yang gedean teriak tolong-tolong, yang kecilan nangis," ujarnya.

Dari sana, dia melapor ke tetangga di sebelah rumahnya, Nyoman Sarna. Lama berbincang, dia pun bersepakat meloncat melewati pagar rumah si anak.

Dengan berbekal senter ponsel, ia memeriksa kondisi rumah. Alangkah kagetnya dia usai mendapati anak yang berusia enam tahun dalam keadaan terikat rantai pada leher dan tangannya.

"Pak de. Kata anak yang gedean. Saya tanya adikmu mana. Dia jawab, itu adik di dalam. Dalam hati saya, kenapa anak kecil-kecil ini," ujarnya.

Ia pun lompat lagi keluar rumah, Nyoman Sarna pun ditemui lagi. Setelah rembug, Sarna menyarankan Sunardi untuk melapor ke Kepala Wilayah Banjar Pasekan Belodan.

"Saya tanya Pak Man (Sarna). Gini saja, benar atau salah, pokoknya lapor ke kepala wilayah. Kebetulan kepala wilayah mewakili pak kepala desa (perbekel) di acara Maulid," tuturnya.

Baru setelah melapor dan diteruskan ke Bhabinkamtibmas Desa Dajan Peken, mereka bersama-sama datang ke rumah tempat kedua anak itu dirantai. Ternyata, rumah gelap karena ada konslet listrik.

"Saklar blower kena tetesan air. Waktu itu belum dilepas rantainya. Saya tunggu petugas dan lampunya nyala," ujar Sunardi.

Saat lampu menyala, barulah polisi bersama warga melepas rantai yang menjerat kedua anak tersebut. Itu pun setelah ada seorang warga datang membawakan gunting besi untuk memotong gembok. "Saya sudah nggak berani ke dalam (melihat). Saya sudah gemetaran. Syok," ujarnya.

Rekomendasi