Dibebat Batik Nagasari Usai Siraman, Erina Gudono Bak Dewi Sinta yang Temukan Cinta Abadi

| 09 Dec 2022 14:15
Dibebat Batik Nagasari Usai Siraman, Erina Gudono Bak Dewi Sinta yang Temukan Cinta Abadi
Erina Gudono jalani siraman di rumahnya, Sleman, Jumat (9/12). (Wawan H/ERA.id)

ERA.id - Calon istri Kaesang Pangarep, Erina Gudono, menjalani tradisi siraman, Jumat (9/12/2022), di kediamannya Purwosari, Sinduadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, jelang pernikahannya.

Budayawan Wigung Wratsangka menjelaskan, setiap guyuran air dalam prosesi siraman yang membasahi anggota tubuh diharapkan membawa ke kebaikan.

“Bila air itu membasahi matanya, anugerahkan pada Erina agar memiliki penglihatan yang tajam. Teliti dan cermat dalam dalam segala hal dan menatap masa depan,” tuturnya.

“Bila air itu membasahi telinga, anugerahkan pada Erina agar memiliki pendengaran yang tajam. Tidak saja dari jasmaniah, tapi juga mampu mendengar dengan batinnya,” papar Wigung.

“Bila air itu membasahi kaki, anugerahkan pada Erina agar ia memiiki langkah yang mantap membina rumah tangga dengan perjalanan lurus laras dan leres,” ujarnya.

Adapun air siraman ini berasal dari tujuh sumber yakni Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, Masjid Agung Surakarta, Umbul Pengging, Istana Merdeka, Istana Bogor, dan kediaman mempelai.

Proses siraman yakni menguyurkan air dilakukan oleh sejumlah  sosok. Mulai dari ibundanya Sofiatun, istri Sultan HB X GKR Hemas, istri Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA), dan istri Mensesneg Siti Farida Pratikno.

Usai siraman, Erina ditutupi dengan sehelai batik dengan motif nagasari. Hal ini sesuai dengan kisah Ramayaa ketika Sinta selalu berdoa di bawah pohon nagasari untuk dapat dipertemukan dengan Rama saat ditangkap utusan Rahwana.

“Doa itu dilabulkan oleh Tuhan, ia dipertemukan dengan kekasih pujaan hati dan menjadi contoh cinta abadi,” kata Wigung.

Setelah itu, Erina juga menjalani adat sinom, yakni memotong beberapa helai rambutnya. “Makna tradisi ini adalah calon mempelai ikhlas meninggalkan masa muda dan masuk ke masa dewasa,” katanya.

Tradisi kemudian diakhiri dengan pelepasan seekor ayam oleh kakak Erina, Allen, sebagai tanda keikhlasan untuk ‘melepas’ adiknya mengarungi rumah tangga. Terakhir, keluarga Erina melakukan potong tumpeng kamulyan.

Rangkaian adat siraman ini berakhir sekitar pukul 11.15 WIB. Warga dan wartawan menyaksikan rangkaian ini dari layar lebar yang dipasang di balai warga di Kampung Purwosari.

Rekomendasi