ERA.id - Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi tuan rumah pelatihan bangun kota tangguh dan ramah lingkungan yang diselenggarakan oleh Forum Pemerintah Daerah se-Asia Pasifik (UCLG ASPAC).
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto atau Danny di Makassar, Rabu kemarin, mengatakan kegiatan tersebut diikuti peserta dari berbagai kota.
Menurut dia, Pemkot Makassar telah memiliki visi jangka panjang untuk menciptakan Makassar sebagai kota tangguh, berdaya tahan, dan ramah lingkungan.
"Baru-baru ini, di Rakorsus Pemkot Makassar kita mengangkat tema Low Carbon City dengan Metaverse. Rangkaian kegiatan ini menunjukkan bahwa Pemkot Makassar sadar dengan isu dunia, yaitu perubahan iklim," ujarnya.
Danny menuturkan bahwa di dunia ini ada tiga kategori bencana, yakni bencana alam, bencana sosial, dan bencana penyakit. Tiga bencana tersebut telah terjadi.
Namun, menurut dia, ada satu lagi bencana yang berbahaya dan disebabkan oleh tiga bencana itu, yaitu bencana pangan. "Yang kita kenal itu ada tiga bencana, tetapi masih ada satu bencana lagi dan ini sangat berbahaya, yakni bencana pangan," kata Danny.
Oleh karena itu, Danny bersama peneliti dari USA National Science Foundation mengembangkan lorong wisata (longwis) sebagai salah satu sel kota untuk menciptakan daya tahan, terutama terkait pangan dan sirkulasi ekonomi.
Dia memaparkan bahwa potensi perubahan iklim begitu nyata, seperti kenaikan permukaan air laut hingga 114 cm pada tahun 2050. Angka itu pun lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian mereka sebelumnya.
"Tahun kemarin, Makassar telah mengalami dua bencana akibat cuaca ekstrem, yaitu bencana kekeringan dan banjir," ujarnya.
Pada pelatihan itu, dia mengakui adanya urgensi masalah ketahanan iklim yang kemudian United Cities and Local Governments Asia-Pasific (UCLG ASPAC) memprakarsai Proyek Kota Berketahanan Iklim dan Inklusif (CRIC) tersebut.
CRIC adalah proyek dari lima tahun dengan tujuan untuk membina kerja sama jangka panjang yang unik melalui kerja sama segitiga antara kota dan pusat penelitian di Eropa, Asia Selatan (India, Nepal, Bangladesh), dan Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand).
Proyek ini juga akan berkontribusi pada pembangunan perkotaan terpadu yang berkelanjutan, tata kelola yang baik, dan adaptasi/mitigasi iklim melalui kemitraan jangka panjang, serta sarana seperti rencana aksi lokal yang berkelanjutan, alat peringatan dini, kualitas udara, dan pengelolaan limbah melalui konsultasi dengan panel para ahli.
Di Indonesia sudah ada 10 kota yang menerapkan sistem ketahanan kota yang dibawa oleh CRIC yakni Pekanbaru, Pangkalpinang, Bandar Lampung, Cirebon, Mataram, Banjarmasin, Samarinda, Gorontalo, dan Mataram, yang semuanya juga menjadi peserta pelatihan dan percontohan kota tangguh.