Lahir Kondisi Langka, Bayi Tiga Bulan di Ponorogo Tak Punya Anus Kesulitan Biaya Pengobatan

| 31 Oct 2024 17:00
Lahir Kondisi Langka, Bayi Tiga Bulan di Ponorogo Tak Punya Anus Kesulitan Biaya Pengobatan
Ilustrasi bayi. (Wikimedia Commons/Kókay Szabolcs)

ERA.id - Bayi berusia tiga bulan asal Desa Sidoharjo, Ponorogo, Jawa Timur terlahir dengan kondisi langka tak punya anus di tubuhnya.

Bayi bernama Agung Tegar Jiwa Prakosa itu merupakan anak keempat dari pasangan Hermin dan Sujoko. 

Sang ayah bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga, sehingga mereka kesulitan membiayai pengobatan sang buah hati. 

Kini bayi munyil tersebut sedang dirawat di RSUD dr. Harjono Ponorogo. Ibunya tak kuasa menahan air mata menceritakan anaknya dan perjuangan mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari.

“Bapak dan saya berjuang keras, tetapi situasi sulit. Untuk kebutuhan sehari-hari saja kami harus bersusah payah,” ungkap Hermin, Kamis (31/10/2024). 

Terlebih lagi, Hermin mengungkapkan keluarganya belum memiliki asuransi kesehatan BPJS dan baru bisa mengajukan pendaftaran yang dijadwalkan aktif pada Jumat (1/11/2024) mendatang.

Saat Tegar lahir, Hermin menceritakan bahwa bidan puskesmas segera menyampaikan kepada Hermin bahwa putranya terlahir tanpa anus. 

Meski masih dalam kondisi lemah pasca melahirkan, Hermin harus menerima kenyataan ini dan membawa Tegar ke RSUD untuk mendapat penanganan medis lebih lanjut. 

Lalu, Tegar dirujuk ke rumah sakit di Ngawi untuk menjalani operasi kolostomi guna membuat saluran pencernaan melalui perut. Dokter juga mengatur jadwal operasi lanjutan yang akan dilakukan sekitar tujuh bulan setelah operasi pertama.

Sementara itu, dr. Kautsar Prastudia, Sp.A. yang menangani Tegar di RSUD dr. Harjono Ponorogo menyampaikan bahwa Tegar menghadapi beberapa kondisi medis. 

Selain lahir tanpa anus, Tegar juga mengalami pneumonia, serta laringomalasia, kondisi di mana saluran napas dan pencernaannya mengalami kelemahan pada sekat. 

“Kami telah melakukan penanganan untuk kondisi pencernaan Tegar dengan kolostomi, dan pneumonia yang dialaminya mulai membaik. Namun, laringomalasia tetap perlu pengawasan dan perawatan lanjutan,” kata dr. Kautsar.

Saat ini, Tegar terus menjalani pemeriksaan berkala dengan pengawasan ketat dari tim medis bekerja sama dengan dokter bedah anak di Ngawi. 

Proses penyembuhan Tegar akan berlangsung bertahap melalui rawat jalan jika kesehatannya memungkinkan.

Rekomendasi