Harga Kelapa dan Santan di Bandung Naik Dua Kali Lipat Lebih Imbas Ekspor

| 17 Apr 2025 16:31
Harga Kelapa dan Santan di Bandung Naik Dua Kali Lipat Lebih Imbas Ekspor
Dagangan kelapa di Pasar Kosambi, Kota Bandung (Era.id/Reza Deny)

ERA.id - Harga komoditas kelapa dan santan di Pasar Kosambi, Kota Bandung, mengalami kenaikan mencapai dua kali lipat lebih.

Salah seorang pedagang kelapa dan santan di Pasar Kosambi Bandung, Wahyu (38), mengatakan kenaikan harga kelapa itu terjadi sejak beberapa bulan lalu. Akibatnya, harga jual kelapa naik dan sulit didapat.

"Harga semakin naik, barangnya langka. (Kenaikan) Udah lama, udah beberapa bulan ke belakang," kata Wahyu di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Kamis (17/4/2025).

Wahyu mengaku tidak tahu penyebab kenaikan harga kelapa. Namun, ada yang mengatakan kenaikan itu disebabkan oleh ekspor dan ketersediaan kelapa dari petani juga sedikit.

"Penyebab kenaikan tidak tahu, ada yang bilang ekspor, ada yang bilang kosong dari petani. Kurang tahu sih sebenernya," ujarnya.

Saat ini, Wahyu menjual kelapa per butir dengan harga Rp16 ribu dari sebelumnya hanya Rp8 ribu. Sementara untuk harga jual santan Rp40 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp18 ribu per kilogram.

"Kalau butiran biasanya Rp8 ribu, sekarang 16 ribu. Kalau santan per kilogram Rp40 ribu, awalnya masih Rp18 ribu. Naik dua kali lipat," tuturnya.

Akibat kenaikan harga, Wahyu mengalami kesulitan mendapatkan kelapa. Selain itu, daya beli masyarakat juga mengalami penurunan yang cukup drastis.

"Kalau stok ada, cuman susah. Saya sehari minimal 300 sampai 400 butir. Yang beli menurun, tadinya beli lima kilogram, jadi tiga kilogram. Keluhan mereka karena naik, jadi dua kali lipat," ucapnya.

Untuk diketahui, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan penyebab harga kelapa naik karena pelaku usaha melakukan ekspor.

Sebab, harga ekspor saat ini sedang mengalami peningkatan sehingga mereka lebih memilih mengeskpor kelapa. Hal itu pun berdampak pada ketersediaan kelapa dalam negeri dan harganya naik.

"Mahal karena di ekspor, harga ekspornya memang lebih tinggi daripada harga dalam negeri. Jadi langka dalam negeri," kata Budi.

Rekomendasi