ERA.id - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) memutuskan untuk menutup total pendakian Gunung Semeru, di Jawa Timur, hingga 31 Maret 2021.
Plt Kepala Balai Besar TNBTS Agus Budi Santosa mengatakan bahwa, penutupan total tersebut mempertimbangkan kondisi klimatologi serta peningkatan curah hujan, dan kemungkinan terjadinya badai, yang bisa membahayakan keselamatan para pendaki.
“Kegiatan pendakian Gunung Semeru ditutup secara total hingga 31 Maret 2021,” kata Agus, di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (30/12/2020) seperti dikutip ANTARA.
Agus menjelaskan, keputusan untuk menutup secara total pendakian Gunung Semeru tersebut, mempertimbangkan hal-hal yang telah diperkirakan oleh Stasiun Klimatologi Karangploso, dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikq (BMKG), seperti adanya peningkatan curah hujan, dan lainnya.
Menurut Agus, pada 29 November 2020 pihaknya telah mengluarkan pengumuman tentang Penutupan Sementara Kegiatan Pendakian Gunung Semeru. Namun, akhirnya Balai Besar TNBTS memutuskan untuk menutup secara total pendakian setelah mempertimbangkan kondisi cuaca saat ini.
“Penutupan ini juga bertujuan untuk memulihkan, serta revitalisasi ekosistem Semeru,” kata Agus.
Tercatat, berdasarkan data dari Balai Besar TNBTS, ada sebanyak 4.763 orang pendaki yang harus melakukan penjadwalan ulang, menyusul penutupan Gunung Semeru secara total tersebut.
Penutupan sementara pendakian Semeru sebelumnya dilakukan pada 30 November 2020, dikarenakan peningkatan aktivitas gunung yang memiliki tinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.
Saat itu, gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut meletus dan mengeluarkan guguran lava pijar, dengan jarak luncur mencapai 1.000 meter. Akibat peningkatan aktivitas tersebut, ratusan warga yang tinggal di lereng Gunung Semeru, di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, harus mengungsi.
Pendakian Gunung Semeru baru dibuka oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) pada 1 Oktober 2020, di tengah pandemi COVID-19. Saat itu, pendakian Semeru baru setelah ditutup selama kurang lebih satu tahun, akibat kebakaran hutan pada 2019, dan adanya pandemi virus Corona.