ERA.id - Menjadi guru honorer adalah sebuah tantangan, karena tidak digaji langsung oleh negara serta pemasukan tiap bulan yang terbilang kecil, sementara di sisi lain guru honorer harus membawa misi mencerdaskan anak Indonesia.
Para guru honorer miliki banyak duka. Namun kisah Pak Sulaiman yang viral di Twitter lain. Ia mengilhami banyak orang. Guru honorer dicitrakannya dengan tak melulu duka. Pak Sulaiman bersyukur jadi guru honorer, sebab ia meyakini jadi guru honorer adalah cara melayani Tuhan.
Kisah hidup Pak Sulaiman itu dituturkan dengan apik oleh akun Twitter @daniellsinaga. Menurut Daniel, "Pak Sulaiman adalah guru honorer dan pendeta di Desa Wamerek, nun jauh di pedalaman pegunungan tengah, Lembah Baliem, Wamena."
Rumah Pak Sulaiman sederhana dan asri. "Saya menumpang satu malam di rumahnya yang sangat sederhana, perpaduan bangunan semi permanen dan honai, setelah berjalan kaki selama lima jam dari titik terakhir yang bisa diakses kendaraan," terang Daniel.
Daniel melanjutkan kalau Pak Sulaiman sudah lama menjadi guru honorer. Walau punya banyak tantangan, Pak Sulaiman menikmati ladang pahala yang digelutinya.
"Beliau sudah puluhan tahun menjadi guru honorer. Bisa dikatakan beliau menjadi satu satunya tenaga pengajar bagi anak didiknya, karena kepala sekolah dan guru PNS tinggal di kota. Mereka hanya datang sebulan sekali, di awal bulan atau saat ujian."
Pak Sulaiman adalah guru honorer dan pendeta di Desa Wamerek, nun jauh di pedalaman pegunungan tengah, Lembah Baliem, Wamena.
[Cerita dari surga kecil yang jatuh ke bumi] pic.twitter.com/FQmQD5MJiX
— Daniel Leonard Sinaga (@daniellsinaga) January 10, 2021
Adilkah sistem pendidikan seperti itu? Bagi Daniel, itu tidak adil, tetapi bagi Pak Sulaiman, tidak masalah. Tak ada raut kekecewaan yang tampak di wajahnya saat ditanyai hal itu. "Bagi saya itu tidak adil. Tapi dari gesture dan raut mukanya, tidak sedikitpun beliau menampakkan keluhan terhadap sikap atasan dan rekan kerjanya."
Pak Sulaiman, kata Daniel, adalah satu-satunya orang di kampungnya yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga sarjana, berkat dukungan missionaris dan tekad kuat mendidik anak-anak Lembah Baliem agar bisa setara dengan anak-anak daerah lain yang lebih maju.
"Beliau sangat mencintai pekerjaannya. Setiap sore banyak anak yang berkumpul di beranda rumahnya untuk membaca buku dan belajar membaca atau berhitung, di luar jam sekolah."
Tentang gaji, Pak Sulaiman merasa cukup. Kok bisa? Kata Daniel, Pak Sulaiman hidup dari ladang dan kebun miliknya. "Ketika saya tanya apakah gaji sebagai honorer cukup untuk kebutuhan rumah tangganya, beliau menjawab lebih dari cukup. Karena sebenarnya beliau tidak harus menjadi guru honorer jika hanya untuk memenuhi rumah tangganya."
"Ladang dan kebun sudah memenuhi semua kebutuhan rumah tangganya. Menjadi guru honorer adalah bentuk pelayanannya terhadap Tuhan, sebagaimana beliau memimpin jemaatnya di setiap ibadah hari Minggu."