ERA.id - Langkah mantan Wali Kota Makassar dua periode, Ilham Arief Sirajuddin (IAS), untuk maju dalam Pilgub Sulsel 2024, kian diperhitungkan.
Kata pengamat politik, konstelasi praktis berubah jika IAS tak maju. IAS memang masih menjadi momok, sebab berani bentrok dengan Syahrul Yasin Limpo, yang saat itu sebagai petahana, kekuatannya sangat besar.
IAS besar bukan karena sosoknya saja yang kharismatik di Makassar, namun ia adalah politisi yang sarat pengalaman dalam kontestasi yang besar dan penuh tantangan di Sulsel.
Soal partai, IAS pernah jatuh bangun menakhodai Golkar Makassar dan Demokrat Sulsel. Saat menjadi Ketua Demokrat Sulsel, ia terbilang cukup dekat oleh para pengurus elite DPP Demokrat era SBY.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Dr Sukri mengatakan, kehadiran IAS dalam kontestasi Pilgub tentu akan mempengaruhi konstelasi persaingan termasuk pesaingnya.
Dr Sukri bilang, diakui atau tidak, IAS tentu masih memiliki modal kuat untuk ikut bersaing, sehingga kehadirannya tentu akan menjadi variabel yang diperhitungkan oleh pihak-pihak lainnya.
"Nah Jika IAS tidak ikut, maka tentu saja efeknya akan berbeda. Misalnya, tentu IAS tidak akan menjadi kandidat yang perlu dihitung sebagai kekuatan pesaing. Kalaupun misalnya IAS akan mendukung salah satu kandidat pada pilgub, tentu akan berbeda dalam hal menarik simpati masyarakat," ungkap Pembantu Dekan 1 Fakultas Sospol ini kepada ERA.id, Senin (31/5/2021).
Lebih lanjut, menurut pria berkacamata kotak ini mengatakan, keikutsertaan Ilham Arief Sirajuddin dalam Pilgub 2024 nantinya bakal berbeda dari sebelumnya.
Sebab kata Dr Sukri, kemunculan suami Aliyah Mustika tersebut cukup dinantikan kiprahnya di Pilgub Sulsel selanjutnya. Kurang menarik, Kata Sukri, jika IAS hanya hadir sebagai penggembira saja.
Apalagi, kantong suara IAS terbentang dari Makassar hingga ke tanah Luwu sewaktu berpasangan dengan Abdul Azis Kahar Mudzakkar. "Karena masyarakat akan tentu melihat secara berbeda antara IAS sebagai kandidat atau hanya sebagai pendukung kandidat," pungkasnya.