ERA.id - Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan mulai menghentikan program yang sebelumnya menuai sensasi di masyarakat dan banyak mendapatkan kontra.
Adalah Kapal Motor (KM) Umsini sebagai tempat isolasi apung terpadu bagi pasien COVID-19. Semua dilakukan setelah status dan tingkat penularan di daerah itu terus melandai.
Bagaimana tidak, program tersebut terkesan dipaksakan. Apalagi, saat Wali Kota Makassar, Danny Pomanto ingin setiap kelurahan menyumbangkan warganya yang terkena covid-19, agar dirawat di sana.
Ia pun menjuluki lurah yang tak tertib akan perintahnya, sebagai sosok yang malas. Belakangan, ia menebar ancaman, kalau tak mereka tak mendukung Makassar Recover, maka akan diganti.
Pihak Makassar Recover yang sempat ditemui ERA pun berujar, kalau keinginan Danny itu beralasan, sebab ia ingin warga harus cepat ditangani. Makanya, ia membuka diri untuk programnya. Toh, saat itu, Makassar berada dalam zona merah.
Adapun penghentian program ini, menurut Danny karena tingkat penularan sudah semakin rendah. "Jadi alhamdulillah kita akhiri karena BOR-nya (Bed occupancy rate) sudah sangat rendah, satu kota itu cuman delapan persen. Di kapal ini BOR-nya 2,5 persen," ujarnya, Senin (20/9/2021).
Pemberhentian pengoperasian ini ditandai dengan penurunan bendera kuning dan pemberian penghargaan berupa plakat kepada pihak terkait, seperti Kapolrestabes Makassar, Kodam XIV/Hasanuddin, pihak Pelni, Pelindo 4 Makassar, Kajari, Polres pelabuhan, nahkoda kapal Pelni, Kementerian Perhubungan, para nakes dan dokter yang berdedikasi selama dua bulan penuh.
Untuk penanganan selanjutnya, pihaknya akan mengevaluasi per bulan serta akan mengantisipasi jika ada lonjakan secara tiba-tiba.
Salah satu langkah lainnya dengan menggencarkan vaksinasi di Kota Makassar di setiap kelurahan yang termasuk dalam program sistem "Sapu Jagad" 100 vaksin 1 RT/hari 100 persen.
"Program isolasi terpadu itu berhasil. Kenapa berhasil, karena berhasil menekan BOR. Itu menjadi rujukan," katanya.
Danny menerangkan jumlah pasien COVID-19 di isolasi terpadu selama dua bulan beroperasi sebanyak 275 orang .
"Alhamdulillah semua sembuh. Terakhir masih ada delapan orang pasien, tapi hari ini semua sudah pulang dan sembuh," katanya.