ERA.id - Aksi pengrusakan fasilitas dan intimidasi terhadap tenaga kesehatan terjadi di Rumah Sakit HKBP Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut). Tindakan yang terjadi pada 9 Oktober 2021 terekam kamera pengawas (CCTV) dan viral di media sosial.
Dalam rekaman CCTV, ketiga pria itu datang dan langsung menuju meja resepsionis Instalasi Gawat Darurat (IGD). Awalnya seorang diantara pemuda itu terlihat berbincang dengan nakes. Namun tidak berselang lama perbincangan itu berubah menjadi adu mulut hingga berakhir pengrusakan.
"Panggil polisi, polisi," kata seorang nakes dalam video itu, dilihat Rabu 13 Oktober 2021.
Pelaksana tugas Direktur RS HKBP Balige dr Benny Sinaga membenarkan aksi pengrusakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku kerabat pasien.
Dia mengatakan pengrusakan tersebut terjadi saat pihaknya menerima seorang pasien korban kecelakaan lalulintas. Saat itu, korban langsung ditangani oleh dokter dengan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tindakan medis.
"Nakes kami dan dokter sudah melakukan penanganan tidak ada keterlambatan, respon time juga sangat cepat. Jadi langsung dilakukan tindakan kepada si pasien," kata Benny Sinaga melalui video keterangan resmi yang dikutip Rabu (13/10/2021).
Ketiga pemuda yang mengaku sebagai kerabat korban menuding pihak rumah sakit tidak melakukan penanganan cepat dan mengabaikan pasien. Padahal, kata Benny setelah dilakukan kroscek kepada dokter seluruh prosedur termasuk pemberian antibodi.
"Itu yang mereka pertanyakan seolah-olah kita tidak melakukan pelayanan maksimal. Kondisi pasien tidak sadarkan diri dan gelisah, memang kegelisahan pasien ini sangat lazim terjadi dengan kondisi luka di kepala. Kita sudah berikan terapi supportif sehingga saat ini dia sudah stabil," jelas Benny.
Dijelaskan Benny, setelah melakukan pemeriksaan dan memberi pertolongan pertama, langkah selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologi dan laboratorium. Namun hal tersebut terkendala identitas korban, sehingga saat itu dokter berdialog dengan ketiga pemuda yang mengaku sebagai keluarga pasien.
"Karena tidak ada identitas tentunya dokter harus mencari untuk berdialog meminta persetujuan sebelum pemeriksaan penunjang. Tapi saat terjadi perundingan-perundingan terjadi keributan merasa tidak puas dan melakukan tindakan anarkis," ungkapnya.
Diungkapkan dr Benny Sinaga, saat terjadi keributan, ketiga kelompok pemuda itu langsung membawa pasien GS atau Sanjay (30) dengan kondisi masih terpasang infus.
"Saat nakes kami sudah kalang kabut ketakutan, tanpa seizin mereka kelompok pemuda ini membawa pasien keluar dan ini bisa dilihat di CCTV, dengan infus terpasang. Kami sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi," pungkasnya.