Ganjar Ungkap Kendala Vaksinasi Covid-19: Pfizer Tanpa Alat Suntik, Jhonson & Jhonson Ditolak di Wonogiri

| 01 Nov 2021 20:45
Ganjar Ungkap Kendala Vaksinasi Covid-19: Pfizer Tanpa Alat Suntik, Jhonson & Jhonson Ditolak di Wonogiri
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. (Dok. Pemprov Jateng)

ERA.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pihaknya masih terus bergerak melakukan percepatan vaksinasi kendati ada sejumlah kendala seperti alat vaksinasi tidak lengkap dan ada penolakan daerah atas merek vaksin tertentu.

"Saya sampaikan kepada kawan-kawan bupati/wali kota agar sampai dengan Desember kita kebut vaksinnya," kata Ganjar Rapat Penanganan Covid-19 di Kantor Gubernur, Senin (1/11/2021).

Ganjar juga tak henti-hentinya mengingatkan masyarakat tetap mengenakan masker. Bahkan, di seluruh tempat publik hendaknya ketaatan protokol kesehatan tetap diperhatikan.

"Satpol PP-nya tetap jalan, minta bantuan TNI-Polri, jadi edukasinya tetap mengingatkan terus-menerus sambil vaksinnya digenjot terus-menerus," imbuhnya.

Ganjar mengatakan stok vaksin untuk Jateng memang saat ini cukup banyak. Namun ada kendala yakni vaksin Pfizer yang dikirim ke Jateng tidak dilengkapi dengan alat suntikannya.

"Makanya kami komunikasi terus ke Menkes agar segera dikirim suntikannya. Sebab banyak Kabupaten/Kota yang semangat, apalagi mereka yang penduduknya besar-besar seperti Brebes, Grobogan, Banyumas dan Cilacap," katanya.

Selain itu, dalam rapat tersebut juga menemukan fakta jika ada salah satu daerah yang tidak mau menerima vaksin Jhonson & Jhonson. Padahal, stok vaksin itu sudah terlanjur dikirim dari pusat.

"Wonogiri tadi bilang ndak mau vaksin Jhonson & Jhonson, padahal sudah dikirim. Ya sudah, kita pindahkan ke daerah lain yang mau," kata dia.

Menurut dia penolakan itu tak akan terjadi jika vaksin didistribusikan melalui Pemprov Jateng. "Yang begini-begini sebenarnya tidak terjadi jika vaksin diberikan ke kami, bukan langsung ke daerah. Dulu sudah saya bilang, boleh nggak kita yang bagi sendiri vaksinnya, sesuai pada daerah yang memang membutuhkan," ujarnya.

Kepala Dinkes Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo, mengatakan capaian vaksinasi Jateng sudah 60 persen. "Ini sudah bagus sekali," kata Yulianto.

Kendati demikian, masih ditemukan kabupaten dengan capaian di bawah 40 persen vaksinasinya. "Disparitasnya di beberapa kabupaten yang masih agak ketinggalan ini perlu percepatan-percepatan," tuturnya.

Dia menyebutkan kabupaten yang vaksinasinya masih di bawah 40-50 persen adalah Banjarnegara, Kabupaten Tegal, Purbalingga, Batang, Jepara, Wonosobo, Pemalang, Brebes, Grobogan, Pekalongan, Kabupaten Magelang, Kebumen dan Pati. Di daerah-daerah itu, vaksinasi akan digenjot lebih cepat.

Ia menyebutkan kendala daerah dengan vaksinasi masih di bawah 50 persen, antara lain sasarannya masih sulit diajak ikut vaksinasi, terbatasnya jumlah vaksinator dan faskes yang melayani vaksinasi, hingga komitmen pemerintah daerah yang perlu didorong.

Selain itu, masih ada tempat dengan kesadaran vaksinasi yang rendah karena keterbatasan akses seperti dialami para lansia. "Lansia ini memang agak lambat. Lalu juga difabilitas, ibu hamil, penderita komordibitas. Ini memang kecepatannya enggak seperti yang lain," ujar Yulianto.

Dengan demikian, strategi jemput bola harus dilaksanakan secara simultan. Yulianto menyebut basis pelayanan vaksinasi harus di komunitas yang lebih rendah. Contohnya di tingkat RW, RT, desa, dan kelurahan.

Sebab, pola sentra vaksinasi di ibu kota atau di kota-kota di Jateng sudah cukup. Pemprov pun minta pelayanan vaksin oleh kolaborator dilakukan di komunitas.

"Akhir-akhir ini masih banyak yang ingin membantu sebagai kolaborator. Tetapi saya sarankan jangan mendirikan sentra vaksin lagi di kota. Tapi pelayanan jemput bola ke komunitas," ujarnya.

Rekomendasi