Angka Kematian Hingga Keterisian Bed RS Saat Gelombang Tiga di Tangsel Diklaim Masih Terkendali Dibanding Gelombang Dua

| 16 Feb 2022 16:56
Angka Kematian Hingga Keterisian Bed RS Saat Gelombang Tiga di Tangsel Diklaim Masih Terkendali Dibanding Gelombang Dua
Dinkes Tangsel (M. Iqbal/ ERA)

ERA.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengklaim, risiko pemberatan dari melonjaknya angka kasus Covid-19 di wilayahnya masih terkendali pada periode Januari-Februari 2022. Namun, tidak seperti setinggi pada gelombang dua Juni-Juli 2021 lalu.

Kepala Dinas Kesehatan Tangsel, Alin Hendalin, menyebutkan, sebab hal tersebut dilihat dari menurunnya angka kematian dan keterisian tempat tidur ICU. Tidak hanya itu, keterisian isolasi terpusat pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Tangsel.

"Untuk angka kematian juga sangat jauh sekali, bila kita melihat mungkin dulu pada saat gelombang kedua Delta, itu setiap hari kita pasti mendengar sirine ambulan kemudian pengumuman di Masjid atau masyarakat, tentang kematian Covid ini," ucapnya, Rabu (16/2/2022).

Alin menegaskan, pada gelombang dua kasus Covid-19 varian Delta di Tangerang Selatan, saat itu, angka kematian per hari mencapai 50 sampai 60 orang per hari pada periode puncaknya. Sedangkan di periode Januari hingga Februari tahun 2022 ini, terverifikasi 7 orang meninggal akibat Covid-19.

"Waktu itu, per harinya bisa 50 sampai 60 orang. Tetapi saat ini kasus kematian yang tercatat dari Januari sampai Februari tanggal 14 kemarin di Tangerang Selatan itu yang sudah terverifikasi ada 7 orang. Turun mungkin 10 kali lipatnya dari yang dulu varian delta," ujarnya.

Alin menegaskan, pasien meninggal dunia akibat Covid-19 pada periode Januari-Februari 2022 ini disumbang oleh korban yang belum mendapatkan dosis vaksinasi Covid-19. Hingga 37 persen sementara lainnya telah menerima dosis vaksin.

Selain vaksinasi, pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat ini, didominasi oleh kelompok lanjut usia (lansia) dengan penyakit bawaan seperti diabetes melitus, jantung dan hipertensi.

"Penyakit bawaan pasien terkonfirmasi positif yang paling banyak meninggal dunia karena penyakit diabetes melitus, penyakit jantung dan ketiga hipertensi," jelasnya.

Hal sama juga terlihat dari rendahnya keterisian tempat tidur pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan ICU dan isolasi terpusat. Apalagi dibandingkan angka kasus di gelombang dua pada Juni - Juli 2021 lalu. Saat itu, keterisian tempat tidur ICU dan isolasi terpusat di Tangsel, mencapai 100 persen.

"Itu keterisian tempat tidur di Rumah Sakit, baik tempat tidur isolasi atau tempat tidur ICU bisa mencapai 100 persen. Dengan gejala sedang bahkan banyak yang beratnya. Tetapi melihat keterisian tempat tidur saat ini walaupun kita telah terisi 52,4 persen untuk tempat tidur isolasi dan 30,7 untuk ICU," terangnya.

Dia menegaskan, saat ini pasien positif Covid-19 yang menjalani isolasi terpusat di Rumah Lawan Covid (RLC) Serpong, umumnya bergejala sedang. "Sementara untuk isolasi sendiri, gejalanya adalah gejala sedang dan semuanya terkendali," ungkapnya.

Dengan kondisi seperti itu, Alin memastikan bahwa pelayanan kesehatan berupa penyediaan fasilitas kamar perawatan ICU dan isolasi tetap terjaga. Masyarakat Tangsel juga diingatkan kembali agar tetap disiplin protokol kesehatan dan menghindari kerumunan.

"Karena tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Februari ini jauh menurun dibanding periode Januari 2022 kemarin. Ini yang terus diupayakan bagaimana masyarakat yang sedang melakukan isolasi mandiri atau dirawat di-update terus kesembuhannya," jelasnya.

Tags : covid-19 tangsel
Rekomendasi