Depan Sandiaga Uno, Pidato Ganjar soal Borobudur Bikin Riuh

| 17 May 2022 10:37
Depan Sandiaga Uno, Pidato Ganjar soal Borobudur Bikin Riuh
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di peringatan Waisak di Candi Borobudur, Senin (16/5) malam. (Dok. Pemprov Jateng)

ERA.id - Tepuk tangan langsung bergemuruh saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo berpidato dalam acara Dharmasanti malam peringatan Trisuci Waisak di pelataran Candi Borobudur, Senin (16/5/2022) malam.

Bukan tanpa alasan tamu undangan yang mayoritas adalah umat Buddha bertepuk tangan. Dalam sambutannya, Ganjar menegaskan bahwa Candi Borobudur tidak hanya sekadar destinasi wisata. Candi terbesar di dunia itu menurutnya adalah pusat energi yang bisa menarik ratusan juta umat Buddha dari seluruh penjuru dunia.

Ganjar bahkan mengatakan merasa bergetar, saat membayangkan umat Buddha berjalan dari sisi timur candi lalu perlahan menghadap ke Borobudur.

Begitu sampai di pelataran, sebuah pemandangan langsung didapat, bagaimana Kamadhatu tertata sedemikian rupa, lalu berlanjut menyaksikan sebuah kesadaran pada Rupadhatu dan berpuncak di Arupadhatu.

"Proses pencerahan jiwa itulah yang berulang kali meyakinkan saya untuk mengatakan, Candi Borobudur harus dibuka seluas-luasnya untuk ibadah umat Buddha dari seluruh penjuru dunia," katanya disambut tepuk tangan riuh dari semua undangan.

Meski begitu, tak bisa dimungkiri bahwa Candi Borobudur merupakan magnet bagi para wisatawan. Untuk itu, kawasan Candi Borobudur terus dikembangkan sedemikian rupa dan dijadikan destinasi wisata super prioritas.

"Tak hanya di salam kompleks candi saja, pengembangan komplek luar seperti keberadaan desa-desa wisata, paket-paket wisata, sampai beragam atraksi dan juga infrastrukturnya juga kita garap. Dan sekarang sudah mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat," imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Ganjar juga menyerukan pentingnya persatuan dan kesatuan serta menjaga kedamaian. Menurutnya, sudah ratusan bahkan ribuan tahun lalu, para leluhur sudah mempraktikkan itu. Mereka meninggalkan warisan, bernama Bhinneka Tunggal Ika.

Ganjar menerangkan, sejak ribuan tahun yang lalu, spirit hidup damai dalam keberagaman telah menjadi ciri khas leluhur bangsa Indonesia. Berdirinya bermacam candi dalam satu masa, dengan beberapa latar keagamaan, jadi bukti nyata. Candi Mendhut, Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Prambanan, Candi Plaosan, Kalasan, serta puluhan candi lainnya.

"Jika leluhur kita saja hidup damai dalam keberagaman, alasan apa yang membuat kita untuk saling bertikai dan memperdebat perbedaan? Tidak, bapak ibu, tidak. Kita tidak akan pernah mewariskan permusuhan apalagi perpecahan. Karena Negara Kesatuan Republik Indonesia harus kita pertahankan seribu windu bahkan selamanya," tegasnya disambut tepuk tangan tamu undangan.

Ganjar juga mengutip pesan Bhante Sri Pannavaro Mahathera, bahwa cinta kasih dan kepedulian sosial adalah perekat keutuhan bangsa dan wujud nyata Bhinneka Tunggal Ika.

"Selamat merayakan Hari Raya Trisuci Waisak 2566 Buddhist Era. Tetaplah mengaktualisasi ajaran luhur Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, menuju pencerahan sempurna tiada batasnya," pungkasnya.

Malam Dharmasanti perayaan Trisuci Waisak 2566 BE digelar di pelataran Candi Borobudur yang juga dimeriahkan dengan penerbangan ribuan lampion.

Selain dihadiri ribuan umat Buddha, sejumlah tamu penting juga hadir seperti Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, dan sejumlah tamu undangan lain.

Rekomendasi