Yang Hancur dan Kembali, Melihat Project Restore Karya Wilsen Willim dalam Fashion Nation Senayan City 2023

| 04 Oct 2023 16:05
Yang Hancur dan Kembali, Melihat Project Restore Karya Wilsen Willim dalam Fashion Nation Senayan City 2023
Koleksi Wilsen Willim di Fashion Nation (Dok. Senayan City)

ERA.id - Batik merupakan salah satu wastra Indonesia yang paling dikenali masyarakat nusantara. Teknik pengaplikasian lilin malam cair untuk menghalangi masuknya pigmen warna sehingga membentuk motif indah nan rumit pun menghiasi kain serat alam menjadi sebuah karya yang patut dilindungi sebagai warisan budaya Indonesia.

Pada perkembangannya, teknik pembuatan batik pun berkembang sedari hanya batik tulis menjadi cap bahkan beberapa replikasi motif batik dengan teknik print yang sekadar mengambil motifnya saja. Selayaknya sebuah warisan budaya, Batik harus dilestarikan. Tak hanya cara dan proses pembuatannya, namun juga tiap helai batik pun merupakan sebuah karya sarat maknanyang patut dijaga.

“Batik adalah sebuah wastra Indonesia yang sangat populer, indah, dan juga bagian dari hidup saya,” papar Wilsen Willim akan tujuannya kembali mengangkat batik pada koleksi terbarunya untuk pembukaan Fashion Nation Senayan City 2023.

Namun pada kesempatan ini, Wilsen mengambil pendekatan berbeda dalam mengolah wastranya.

“Kali ini saya menggunakan batik lawas yang sudah lapuk dan terlalu ringkih untuk digunakan,” jelas Wilsen.

Beberapa batik lawas dari berbagai penjuru di Indonesia sejak tahun 60an-80an ini pun diprosesnya dengan cara modern sehingga bisa kembali diolah menjadi 15 potongan busana siap pakai seperti blazer, rok, kemeja, cropped shirt, cropped jacket, dan mantel yang kesemuanya dipadukan dengan busana siap pakai seperti kaus, celana, kemeja, dan rok dengan sentuhan pinwheel khas Wilsen.

Tak hanya memperkuat kain hingga kembali dapat diolah menjadi potongan busana siap pakai, Wilsen juga terinspirasi dari teknik reparasi guci dan keramik khas Jepang, Kintsugi, dimana potongan keramik disatukan kembali dan dieratkan dengan logam mulia. Wilsen pun menerjemahkan lelehan logam mulia pada Kintsugi dalam teknik payet dan bordir keemasan pada potongan batik-batik lawas, menciptakan tekstur baru yang modis, berani, elegan, dan mencuri perhatian.

“Justru tiap sobekan, lubang, ataupun ketidaksempurnaan pada sebuah kain batik itu

mengandung banyak cerita. Kain-kain ini telah bermanfaat dan mempercantik pemakainya untuk waktu yang lama, dengan adanya aksen payet dan bordir ini justru menguatkan dan menambah keindahan perjalanan cerita batik lawas tersebut,” tutup Wilsen.

Rekomendasi