ERA.id - Eksistensi peragaan busana di Indonesia rupanya memiliki dampak positif bagi pertumbuhan industri fesyen lokal. Setidaknya, hal itulah yang disampaikan Deputi Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf RI, Muhammad Neil El Himam.
Himam mengatakan, gelaran busana dapat membuka pasar yang lebih luas untuk jenama lokal.
“Fashion show dan gelaran busana semacamnya ini sangat penting sekali untuk memperluas pasar dan pertumbuhan industri fesyen lokal,” ujar Himam.
Menurutnya, industri busana Muslim Tanah Air memiliki potensi yang besar untuk menyumbang perekonomian, yang juga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Nilai pasar khusus untuk hijab pada tahun lalu, menurut Himam, angkanya telah mencapai Rp91 triliun. Angka ini belum termasuk kategori lain di industri busana Muslim Tanah Air.
“Nilai pasar untuk busana Muslim lokal ini terus naik, data tahun lalu itu untuk hijab saja nilai pasarnya di Indonesia itu mencapai Rp91 triliun, ini tentu bukan angka yang kecil,” kata dia.
Lebih lanjut, Himam berharap gelaran peragaan busana Muslim seperti Zaloraya 2024, dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para desainer lokal.
“Jadi saya rasa ini kesempatan buat teman-teman, terutama desainer lokal, untuk mengambil pangsa pasar yang luar biasa, dan memang kita cita-cita juga menjadi pusat modest fashion dunia, atau pusat fesyen Muslim dunia,” Himam menambahkan.
Seperti diketahui, Zaloraya 2024 berlangsung selama sepuluh hari mulai dari 23 Februari - 3 Maret 2024, berkolaborasi dengan sembilan desainer dan 12 jenama busana Muslim lokal.
Sembilan desainer Tanah Air tersebut yakni Vivi Zubedi, Geulis, Benang Jarum, Nada Puspita, Klamby, Ria Miranda, Kamila by Itang Yunaz, Preview by Itang Yunaz, Ria Atelier, dan Embara.
Ajang tersebut diharapkan dapat membuka pintu bagi desainer busana Muslim lokal untuk menampilkan hasil karyanya menjelang bulan Ramadhan, dan seluruh karya-karya tersebut akan dipasarkan di e-commerce lokal dan global.